Riset: Musik Efektif Bantu Anak Prasekolah Kenali Emosi Sejak Usia 3 Tahun
Tanggal: 12 Agu 2025 11:30 wib.
Penelitian terbaru dari Universitas Pennsylvania mengungkap bahwa musik berperan penting dalam membantu anak-anak usia 3–5 tahun mengenali berbagai emosi sejak dini. Studi yang dipublikasikan di Child Development ini melibatkan 144 anak di Philadelphia dan menguji kemampuan mereka mengidentifikasi emosi seperti bahagia, sedih, tenang, dan takut melalui klip musik berdurasi lima detik. Hasilnya, anak-anak mampu mengenali emosi dengan akurasi yang lebih tinggi daripada tebakan acak, dan kemampuan ini meningkat seiring bertambahnya usia.
Profesor Madya Rebecca Waller, peneliti utama, menjelaskan bahwa temuan ini menunjukkan musik dapat menjadi sarana sosialisasi emosi yang efektif, terutama bagi anak yang belum mahir mengekspresikan perasaan secara verbal. Menariknya, anak-anak yang dinilai orang tuanya memiliki kemampuan pengenalan emosi rendah tetap dapat mengenali musik yang menyiratkan rasa takut dengan baik. Hal ini menantang asumsi sebelumnya bahwa keterbatasan memahami emosi wajah juga akan memengaruhi kemampuan mengenali emosi dalam musik.
Peneliti Yael Paz menyoroti perbedaan menarik antara pengenalan emosi lewat musik dan lewat ekspresi wajah. Dalam riset sebelumnya, anak-anak yang kesulitan membaca emosi wajah juga kerap kesulitan memahami tekanan emosional dari ekspresi tersebut. Namun, dalam studi ini, mereka tetap mampu menangkap nuansa rasa takut melalui musik, sehingga menunjukkan potensi unik musik sebagai media pembelajaran emosi.
Temuan ini membuka peluang penggunaan musik sebagai alat terapi dan intervensi, terutama bagi anak-anak yang kesulitan memahami emosi melalui isyarat visual. Musik dinilai mampu membangkitkan respons emosional yang kuat dan dapat menjadi alternatif metode pembelajaran sosial-emosional di usia dini.
Meski demikian, para peneliti mengakui keterbatasan penelitian karena sampel yang digunakan berasal dari komunitas anak-anak dengan tingkat pengenalan emosi rendah, bukan dari kelompok klinis yang memiliki gangguan pengenalan emosi yang lebih kompleks. Mereka berencana melanjutkan studi pada kelompok anak yang dirujuk dari klinik untuk memahami lebih dalam faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan ini.
Waller menegaskan bahwa penelitian lanjutan akan berfokus pada mekanisme di balik hubungan musik dan pengenalan emosi, sekaligus menguji efektivitas musik sebagai bagian dari program intervensi. “Musik bisa sangat menggugah dan berpotensi menjadi media yang bermanfaat bagi anak-anak tertentu,” ujarnya.