Sumber foto: iStock

PHK Meningkat Tajam! Bagaimana Cara Bertahan Finansial di Tengah Ancaman Ekonomi Tak Pasti?

Tanggal: 11 Mei 2025 08:12 wib.
Tampang.com | Di tengah situasi ekonomi global yang makin tak menentu, Indonesia kembali dihadapkan pada kenyataan pahit: angka pemutusan hubungan kerja (PHK) terus meroket. Data terbaru dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan bahwa sejak awal Januari hingga 23 April 2025, jumlah kasus PHK mencapai 24.036 orang. Yang mencengangkan, Provinsi Jawa Tengah menjadi wilayah dengan jumlah korban PHK terbanyak, yakni mencapai 10.692 kasus, melampaui angka DKI Jakarta yang berada di posisi kedua dengan 4.649 kasus.

Fenomena ini jelas menimbulkan kekhawatiran, khususnya bagi para pekerja yang tidak memiliki perlindungan finansial yang memadai. Dalam kondisi seperti ini, memiliki strategi keuangan yang solid bukan hanya pilihan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak.

Dana Darurat: Pelindung Utama di Masa Krisis

Tejasari Assad, seorang perencana keuangan dari Tatadana Consulting, menegaskan pentingnya setiap individu memiliki dana darurat sebagai tameng utama saat kehilangan penghasilan akibat PHK. Dalam wawancara dengan detikcom, ia menjelaskan bahwa langkah awal yang harus dilakukan adalah menghitung total pengeluaran bulanan, termasuk cicilan utang, untuk kemudian menentukan besaran dana darurat yang ideal.

“Kalau misalnya pengeluaran bulanan kita Rp 5 juta, maka sebaiknya kita punya dana darurat sebesar tiga kali dari jumlah tersebut, atau sekitar Rp 15 juta,” ungkap Tejasari. Dengan memiliki cadangan dana sebesar itu, seseorang bisa memiliki ruang waktu hingga tiga bulan untuk mencari pekerjaan baru tanpa terguncang secara finansial.

Namun, ia juga menambahkan bahwa semakin besar dana darurat yang dimiliki, semakin baik pula perlindungan yang bisa diperoleh. Bila memungkinkan, memiliki dana darurat hingga enam kali lipat dari pengeluaran bulanan akan memberi rasa aman yang lebih besar dan waktu yang lebih fleksibel untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan.

Tabungan Ideal, Apakah Harus Besar?

Pertanyaan umum yang sering muncul adalah: berapa banyak tabungan yang sebenarnya dibutuhkan agar bisa merasa aman? Tejasari menjelaskan bahwa angka ideal untuk tabungan sangat erat kaitannya dengan besaran dana darurat yang sudah direncanakan. Apakah tiga kali pengeluaran sudah cukup, atau ingin aman dengan enam kali pengeluaran—semua kembali pada kondisi dan target finansial masing-masing individu.

Namun, yang jelas, memiliki tabungan bukan hanya sekadar untuk menyimpan uang. Ini adalah bentuk perencanaan jangka panjang agar hidup tidak tergantung pada gaji semata. Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi, perencanaan seperti ini bisa menjadi pembeda antara mereka yang bertahan dan mereka yang goyah saat krisis datang.

Berhemat: Strategi Bertahan di Tengah Ancaman PHK

Selain membangun dana darurat, Tejasari juga menekankan pentingnya mengatur ulang kebiasaan pengeluaran, terutama jika kondisi keuangan belum berada di titik ideal. Menurutnya, memangkas pengeluaran non-esensial bisa menjadi langkah strategis yang efektif untuk memperkuat posisi finansial.

"Kalau dana darurat belum cukup, maka langkah pertama adalah berhemat. Mulai dari anggaran yang tidak wajib seperti belanja konsumtif, nongkrong, langganan hiburan, dan sejenisnya. Itu bisa dikurangi bahkan dihentikan sementara," tegasnya.

Ia juga menyarankan untuk meninjau kembali pos pengeluaran rutin yang masih bisa ditekan, seperti biaya makan harian dan transportasi. “Jangan salah, biaya makan pun bisa dihemat. Bawa bekal dari rumah, masak sendiri, atau kurangi jajan di luar. Transportasi juga bisa diatur ulang agar lebih efisien,” tambahnya.

Langkah ini penting bukan hanya untuk mereka yang sudah terdampak PHK, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin bersiap menghadapi ketidakpastian kerja. Dengan kebiasaan hidup hemat, dana darurat bisa lebih cepat terkumpul, dan kondisi finansial tetap stabil walau pendapatan terganggu.

Persiapan Mental dan Finansial adalah Kunci

Kondisi ekonomi yang tidak pasti, ditambah ancaman PHK yang nyata, memang bisa menimbulkan kecemasan. Namun, dengan perencanaan yang matang dan disiplin dalam pengelolaan keuangan, setiap individu bisa memperkecil risiko krisis finansial.

Penting untuk diingat bahwa membangun keamanan finansial bukanlah proses instan. Ini adalah hasil dari konsistensi dalam menabung, bijak dalam membelanjakan uang, dan waspada terhadap potensi krisis. Mereka yang mampu mengendalikan gaya hidup dan memiliki rencana keuangan yang matang, akan lebih siap menghadapi guncangan ekonomi kapan pun itu datang.

Dalam menghadapi era ketidakpastian, kemandirian finansial bukan lagi sebuah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar. Maka dari itu, sudah saatnya kita semua mulai berpikir lebih jauh ke depan dan menyiapkan diri—bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk bangkit lebih kuat saat badai ekonomi datang menghantam.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved