Perempuan Jadi Garda Terdepan dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Tanggal: 13 Agu 2025 09:38 wib.
Perempuan dinilai memegang peran sentral dalam upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di tingkat keluarga maupun komunitas. Posisi mereka sebagai pengambil keputusan utama di rumah tangga membuat perempuan kerap menjadi motor penggerak berbagai aksi kesehatan lingkungan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Sukamto, SpPD, K-AI, FINASIM, menegaskan bahwa pencegahan DBD harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari penerapan 3M Plus, penggunaan pelindung diri, hingga pemanfaatan metode inovatif seperti vaksinasi yang telah direkomendasikan asosiasi medis. Hal ini ia sampaikan dalam acara talkshow “Peran Ibu sebagai Penjaga Keluarga” yang digelar di Jakarta, Sabtu (9/8).
Acara tersebut merupakan kolaborasi PT Takeda Innovative Medicines, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia (YAPMEDI), dan FKUI, yang menjadi bagian dari rangkaian 13th Annual Women’s Health Expo & Bazaar 2025.
Data Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-25 tahun ini terdapat 79.843 kasus DBD dengan 359 kematian (Case Fatality Rate/CFR) 0,45 persen. Pada tahun 2024, jumlah kasus mencapai 257.455 dengan 1.461 kematian, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus dan angka kematian tertinggi akibat dengue di ASEAN.
Dalam keterangan resmi yang dirilis Senin, dr. Sukamto juga mengingatkan bahwa orang dewasa dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, obesitas, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit paru-paru, memiliki risiko lebih tinggi mengalami DBD berat. Ia menekankan pentingnya edukasi kesehatan yang memberdayakan perempuan untuk melindungi keluarga dari ancaman dengue.
Senada dengan itu, Spesialis Anak Konsultan dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, mengungkapkan bahwa anak-anak, terutama yang berusia 5–14 tahun, merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue. Infeksi kedua pada anak justru berpotensi memunculkan gejala yang lebih parah.
Ia menambahkan bahwa gejala umum DBD meliputi demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, serta munculnya ruam kulit. Fase kritis terjadi saat suhu tubuh menurun, di mana risiko syok dengue meningkat jika tidak segera mendapatkan penanganan medis. “Pencegahan menjadi kunci karena hingga saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk dengue,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menegaskan komitmen perusahaannya untuk mendukung pencegahan dengue, termasuk melalui edukasi yang menyasar perempuan sebagai penjaga kesehatan keluarga.
Pameran kesehatan perempuan tahunan ini digelar pada 9–10 Agustus di Gedung Smesco, Jakarta, dengan target 2.000 pengunjung. Tahun ini, acara mengusung tema “Tetaplah Sehat Perempuan Indonesia” sebagai ajakan untuk meningkatkan kesadaran dan peran aktif perempuan dalam menjaga kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan.