Perbedaan Stroke Iskemik dan Hemoragik, Mana yang Lebih Bahaya?
Tanggal: 19 Jun 2025 10:48 wib.
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang menyebabkan kematian dan disabilitas di seluruh belahan dunia. Keadaan ini terjadi ketika aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak terganggu, yang mengakibatkan kematian sel-sel otak karena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Stroke dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kedua jenis stroke ini memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan penanganan medis yang cepat dan tepat.
Stroke iskemik, yang merupakan tipe yang paling umum terjadi, terjadi akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak. Hal ini menghambat aliran darah dan menyebabkan bagian otak tersebut mati. Di sisi lain, stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, mengakibatkan perdarahan di dalam otak yang bisa berakibat fatal. Baik stroke iskemik maupun hemoragik adalah keadaan darurat medis yang harus segera ditangani.
Berbicara mengenai penyebab dari kedua jenis stroke ini, stroke iskemik umumnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi, kebiasaan merokok, obesitas, diabetes, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Sedangkan untuk stroke hemoragik, risiko lebih tinggi dialami oleh individu yang memiliki penyebab seperti penumpukan protein dalam arteri, penyakit hati kronis, serta penyalahgunaan narkoba.
Gejala yang muncul pada kedua jenis stroke ini bisa sangat mirip, karena keduanya melibatkan reduksi aliran darah ke otak. Namun, perlu diperhatikan bahwa stroke hemoragik sering kali lebih disertai dengan sakit kepala yang tiba-tiba dan parah. Beberapa gejala lain yang dapat muncul termasuk mati rasa atau kelemahan pada bagian tubuh tertentu, kesulitan berbicara, kebingungan, serta koordinasi dan keseimbangan yang buruk.
Dalam hal pengobatan, pendekatan untuk stroke iskemik dan hemoragik sangat berbeda. Stroke iskemik seringkali dapat diatasi dengan pemberian obat trombolitik, terutama jika pasien mendapatkan perawatan dalam waktu 4,5 jam setelah serangan. Namun, untuk pasien yang terlambat, prosedur pengangkatan gumpalan darah mungkin diperlukan. Sebaliknya, pengobatan stroke hemoragik lebih fokus pada menghentikan pendarahan, yang bisa dilakukan melalui beberapa metode, termasuk tindakan bedah untuk menutup pembuluh darah yang bocor.
Dari segi bahaya, stroke hemoragik umumnya dianggap lebih berisiko dibandingkan stroke iskemik. Pasien dengan stroke hemoragik cenderung memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi, karena selain merusak sel-sel otak, kondisi ini juga menyebabkan tekanan di dalam otak meningkat, yang bisa berujung pada komplikasi yang lebih serius seperti kejang.
Mengapa penting untuk memahami perbedaan antara kedua jenis stroke ini? Dengan mengenali gejala dan faktor risikonya, diharapkan akan ada kesadaran yang lebih tinggi untuk segera mencari bantuan medis ketika gejala muncul. Dalam dunia medis, penanganan yang cepat adalah kunci untuk meningkatkan peluang pemulihan bagi pasien stroke.