Perbedaan Stres Akut dan Stres Kronis: Mengenali Dampaknya pada Tubuh
Tanggal: 28 Agu 2025 14:44 wib.
Semua orang pasti pernah merasa stres. Baik itu karena dikejar deadline pekerjaan, terjebak macet, atau menghadapi masalah mendadak. Namun, tidak semua stres diciptakan sama. Ada perbedaan besar antara stres akut dan stres kronis. Mengenali kedua jenis stres ini sangat penting karena dampaknya pada tubuh dan pikiran kita sangat berbeda, dari sekadar respons instan hingga kerusakan jangka panjang.
Stres Akut: Respons Kilat dan Reaksi Fisik
Stres akut adalah jenis stres yang paling umum dan sering kita alami sehari-hari. Ini adalah respons langsung tubuh terhadap ancaman atau tantangan yang baru saja terjadi. Contohnya seperti terkejut saat hampir tertabrak mobil, jantung berdebar kencang sebelum presentasi penting, atau merasa cemas sesaat sebelum ujian. Sifatnya jangka pendek dan umumnya akan hilang begitu pemicunya selesai.
Saat stres akut menyerang, tubuh akan mengaktifkan mode fight-or-flight (lawan atau lari). Kelenjar adrenal akan memompa hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini menyebabkan serangkaian perubahan fisik yang bertujuan mempersiapkan tubuh untuk bertindak:
Jantung berdetak lebih cepat, memompa lebih banyak darah ke otot.
Pernapasan menjadi dangkal dan cepat, meningkatkan asupan oksigen.
Otot menegang, siap untuk bergerak.
Indra menjadi lebih tajam, meningkatkan kewaspadaan.
Sistem pencernaan melambat, karena energi dialihkan ke fungsi yang lebih vital.
Meskipun terdengar menakutkan, respons ini sebenarnya sangat berguna untuk bertahan hidup. Stres akut membantu kita fokus, mengambil keputusan cepat, dan bertindak dalam situasi darurat. Setelah bahaya berlalu, tubuh akan kembali ke kondisi normal. Efeknya hilang, dan kita bisa melanjutkan aktivitas. Stres akut bahkan bisa jadi motivasi positif, seperti saat kita terpacu menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu.
Stres Kronis: Beban yang Menumpuk dan Rusak Jangka Panjang
Jika stres akut adalah ledakan sesaat, maka stres kronis adalah tekanan yang terus-menerus dan menumpuk dari waktu ke waktu. Pemicunya bisa beragam, seperti masalah finansial jangka panjang, hubungan yang tidak harmonis, pekerjaan yang menekan, atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Di sinilah letak bahayanya. Saat stres kronis terjadi, tubuh tidak pernah mendapat kesempatan untuk kembali ke kondisi normal. Hormon stres seperti kortisol tetap tinggi secara konsisten. Tubuh terus-menerus berada dalam mode waspada, yang akhirnya menguras sumber daya dan merusak sistem biologis secara perlahan.
Dampak dari stres kronis jauh lebih serius dan meluas, memengaruhi hampir setiap sistem tubuh:
Sistem Kardiovaskular: Tekanan darah tinggi kronis dan detak jantung yang cepat bisa merusak arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan penyakit jantung lainnya.
Sistem Imun: Hormon kortisol yang tinggi secara terus-menerus menekan sistem kekebalan tubuh. Ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, flu, dan penyakit lainnya.
Sistem Pencernaan: Stres kronis dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), sakit maag, kembung, dan perubahan pola makan.
Kesehatan Mental: Ini adalah salah satu dampak yang paling jelas. Stres kronis sangat erat kaitannya dengan depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan kelelahan mental.
Kesehatan Fisik: Ketegangan otot kronis dapat menyebabkan sakit kepala, nyeri punggung, dan sakit leher. Stres juga bisa memicu atau memperburuk kondisi kulit seperti eksim dan jerawat.
Perbedaan Kunci: Durasi, Respons, dan Dampak
Untuk merangkum, perbedaan utama antara stres akut dan kronis terletak pada tiga hal:
Durasi: Stres akut terjadi dalam waktu singkat, sementara stres kronis berlangsung dalam periode yang sangat lama.
Respons Tubuh: Stres akut memicu respons fight-or-flight yang bermanfaat dan cepat pulih. Stres kronis membuat tubuh terus-menerus memproduksi hormon stres, tanpa ada jeda.
Dampak: Stres akut umumnya tidak berbahaya dan bahkan bisa memotivasi. Stres kronis, di sisi lain, bersifat merusak dan dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental yang serius dalam jangka panjang.
Mengenali perbedaan ini adalah langkah awal untuk mengelola stres dengan lebih baik. Jika kita menyadari bahwa stres yang dialami sudah mengarah ke kondisi kronis misalnya, perasaan cemas yang tidak hilang-hilang, sulit tidur setiap malam, atau nyeri tubuh yang tidak jelas sebabnya saatnya untuk mengambil tindakan serius. Ini bisa dimulai dengan mencari tahu sumber stres, mengelola dengan teknik relaksasi, atau mencari bantuan profesional jika diperlukan.