Sumber foto: iStock

Penurunan Penjualan LVMH: Apa yang Terjadi dengan Pasar Barang Mewah?

Tanggal: 31 Jan 2025 10:29 wib.
LVMH, salah satu raksasa barang mewah dunia, baru saja mengumumkan penurunan penjualan untuk kuartal keempat 2024, memicu keraguan terhadap pemulihan sektor barang mewah yang sempat terpuruk. Perusahaan yang dikenal dengan merek-merek legendaris seperti Louis Vuitton dan Christian Dior, melaporkan penurunan penjualan sebesar 1% secara organik.

Angka ini sedikit lebih baik dari perkiraan pasar, namun tetap mengecewakan bagi para investor yang berharap sektor barang mewah akan bangkit dengan cepat setelah penurunan drastis yang dialami tahun lalu.

Sementara itu, pendapatan LVMH secara keseluruhan hanya meningkat 1%, jauh dari harapan optimisme yang ditunjukkan oleh beberapa pesaing seperti Richemont. Perusahaan asal Swiss ini baru-baru ini mengumumkan hasil kuartalan yang lebih kuat berkat permintaan tinggi untuk perhiasan dari merek-merek seperti Cartier dan Van Cleef & Arpels di pasar AS. Hal ini menumbuhkan harapan bahwa pasar barang mewah akan segera pulih. Namun, kinerja LVMH seolah mengesampingkan harapan tersebut.

Saham LVMH turun drastis hingga 5,5% di Paris pada Rabu pagi, setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan lebih dari 30% dari titik terendahnya pada November lalu. Penurunan ini turut memengaruhi perusahaan barang mewah lainnya, termasuk pemilik Gucci, Kering SA, yang sahamnya anjlok 7,8%, dan Moncler SpA yang turun 3,2%.

Segmen fashion dan barang kulit LVMH menjadi sorotan utama, gagal memenuhi ekspektasi yang lebih tinggi setelah laporan positif dari Richemont. Analis Bernstein, Luca Solca, mengungkapkan bahwa hasil LVMH ini menunjukkan bahwa pemulihan industri barang mewah dari keterpurukan tahun lalu mungkin tidak akan terjadi dengan cepat dan bisa berlangsung lebih lambat dari yang diperkirakan.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan ini adalah penurunan penjualan di kawasan yang mencakup China, yang turun 10% pada kuartal keempat. Hal ini menjadikannya satu-satunya kawasan yang tidak mencatatkan pertumbuhan.

Bernard Arnault, CEO LVMH, menyampaikan bahwa pemulihan pasar di China kemungkinan akan memakan waktu, mengingat dampak ekonomi dari Covid-19 yang diikuti oleh krisis properti yang melanda negara tersebut. Ia memperkirakan pemulihan pasar China akan berlangsung secara bertahap.

Meskipun penurunan ini cukup signifikan, ada tanda-tanda ketahanan dalam beberapa unit bisnis LVMH. Salah satunya adalah segmen jam tangan dan perhiasan yang mengalami pertumbuhan yang lebih baik daripada ekspektasi.

Penjualan merek-merek seperti Tiffany dan Bulgari mencatatkan kenaikan 9% pada kuartal keempat, menunjukkan bahwa konsumen kaya cenderung lebih memilih barang mewah kategori "hard luxury" (seperti perhiasan dan jam tangan) daripada "soft luxury" seperti tas tangan dan pakaian.

Arnault, yang dikenal sebagai sosok optimis, tetap percaya bahwa 2025 akan memberikan hasil yang lebih baik. Ia menyebutkan bahwa Louis Vuitton telah mencatatkan pertumbuhan dua digit di awal tahun ini, berkat kampanye besar dengan seniman Jepang Takashi Murakami yang melibatkan bintang film Zendaya.Meski demikian, analis Citigroup, Thomas Chauvet, mengingatkan agar kinerja kuat di awal tahun ini tidak terlalu disikapi dengan euforia, karena banyak faktor yang mempengaruhi pasar barang mewah.

Sementara itu, untuk merek Dior yang tengah berjuang, Arnault yakin bahwa mereka akan mengalami perbaikan pada tahun ini. Ia juga menyatakan bahwa pasar AS akan menunjukkan potensi besar, terutama setelah ia melakukan kunjungan ke negara tersebut pada pelantikan Presiden Donald Trump.

Di sisi lain, bisnis anggur dan minuman beralkohol, yang sempat terpuruk setelah lonjakan permintaan selama pandemi, diperkirakan akan pulih dalam dua tahun ke depan. Penjualan unit Moët Hennessy, meski tidak mencatatkan hasil luar biasa, diperkirakan akan membaik dengan adanya perubahan manajemen yang dipimpin oleh CFO Jean-Jacques Guiony dan putra Arnault, Alexandre.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved