Pentingnya Konsep “WASHED” untuk Mengentaskan Kecacingan di Indonesia

Tanggal: 23 Agu 2025 21:04 wib.
Kecacingan masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang kerap terabaikan di masyarakat, padahal dampaknya bisa sangat serius terutama pada anak-anak. Dokter anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Riyadi, SpA, Subsp. IPT(K), MKes, menekankan pentingnya penerapan konsep WASHED yang dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai strategi utama dalam menekan angka kecacingan. Konsep ini mencakup lima aspek utama yaitu Water, Sanitation, Hygiene Education, dan Deworming.

Menurut dr. Riyadi, unsur pertama yaitu Water, menekankan bahwa masyarakat harus memiliki akses terhadap air bersih. Air bersih sangat penting untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan serta membersihkan bahan makanan yang akan dikonsumsi. Tanpa air bersih yang memadai, risiko penularan infeksi cacing dari lingkungan ke manusia akan semakin tinggi.

Selanjutnya, unsur Sanitation juga tidak kalah krusial. Ia menegaskan bahwa ketersediaan jamban bersih sangat berpengaruh dalam mencegah penyebaran infeksi. Kotoran manusia yang dibuang sembarangan, terutama di lingkungan tempat manusia beraktivitas, menjadi media penyebaran utama telur dan larva cacing. Itulah sebabnya, pembangunan dan penggunaan jamban sehat merupakan salah satu pondasi pencegahan kecacingan.

Aspek berikutnya adalah Hygiene Education, yang berkaitan dengan pentingnya edukasi kepada masyarakat sejak dini tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Edukasi ini bertujuan membentuk kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sehingga risiko tertular cacing bisa ditekan. Pengenalan PHBS di sekolah, keluarga, dan komunitas menjadi langkah awal untuk menanamkan kesadaran kolektif.

Sementara itu, unsur terakhir yaitu Deworming atau pemberian obat cacing secara berkala, menjadi langkah medis yang sangat penting khususnya bagi kelompok usia rentan. Data Kementerian Kesehatan pada 2015 menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan nasional mencapai 28,12 persen, dengan anak usia sekolah menyumbang angka terbesar yaitu sekitar 60 persen. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Permenkes Nomor 15 Tahun 2017 yang fokus menargetkan anak usia 1–12 tahun. Salah satu implementasi nyatanya adalah program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) yang dilakukan dua kali setahun, setiap Februari dan Agustus.

Walaupun program ini sudah berjalan sejak 2017, tantangan masih cukup besar. Hingga tahun 2021, masih ada 26 kabupaten/kota yang mencatat prevalensi kecacingan di atas 10 persen. Padahal sudah ada pula 66 daerah yang berhasil menekan angka kecacingan hingga di bawah 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi tidak boleh berhenti hanya di satu sisi, melainkan perlu kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, lembaga pendidikan, hingga masyarakat itu sendiri.

Kecacingan sendiri dikategorikan sebagai Neglected Tropical Disease (NTD), yaitu penyakit tropis terabaikan yang masih sangat umum terjadi. WHO mencatat bahwa secara global, sebanyak 1,5 miliar orang mengalami kecacingan, dan sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing yang penularannya melalui tanah, seperti cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing isap. Salah satu kasus yang sempat mengejutkan publik di Indonesia terjadi di Sukabumi pada Juli 2025, saat seorang anak berusia 4 tahun meninggal dunia setelah tim medis menemukan cacing hidup seberat satu kilogram menyebar hingga ke otaknya.

Tragedi ini menjadi pengingat keras bahwa kecacingan bukanlah penyakit sepele. Ia bisa dicegah, dikendalikan, bahkan dihapuskan, asalkan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah mau bersinergi secara konsisten. Penerapan konsep WASHED bukan hanya soal teknis kesehatan, tapi juga membangun budaya hidup bersih, sehat, dan peduli sejak usia dini. Jika kolaborasi ini bisa dijalankan secara berkelanjutan, maka bukan tidak mungkin prevalensi kecacingan bisa terus ditekan hingga di bawah 10 persen di seluruh wilayah Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved