Penghalang Baru Dipasang untuk Melindungi Pemandangan Gunung Fuji dari Turis Berulah
Tanggal: 5 Mei 2024 09:20 wib.
Gunung Fuji di Jepang adalah salah satu keindahan alam yang menakjubkan dan sangat populer di kalangan para wisatawan. Namun, semakin maraknya perilaku buruk beberapa turis yang mengunjungi lokasi ini, membuat pemerintah setempat harus mengambil tindakan tegas dengan memasang penghalang untuk melindungi keaslian pemandangan Gunung Fuji.
Pembangunan jaring-jala setinggi 2,5 meter dan panjang sekitar 20 meter akan segera dimulai di lokasi foto populer di Kota Fujikawaguchiko. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap perilaku buruk yang dilakukan oleh beberapa turis, yang tidak hanya meninggalkan sampah, tetapi juga mengabaikan peraturan lalu lintas.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari Japan Today, pejabat dari kota Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, menyampaikan rasa kekecewaan mereka terkait tindakan ini. Mereka mengungkapkan bahwa langkah ini sangat disesalkan, namun dianggap perlu untuk menjaga kelestarian dan keindahan Gunung Fuji.
Gunung Fuji memang menjadi objek foto yang sangat diminati di berbagai sudut Kota Fujikawaguchiko. Sebagai tujuan wisata yang populer, Gunung Fuji secara visual mempesona para pengunjung, terutama di kota resor ini. Namun, salah satu sudut pandang yang paling diminati menjadi perhatian utama, dimana gunung megah ini muncul di belakang toko serba ada, Lawson, yang tersebar di seluruh Jepang.
Seiring dengan popularitas tempat ini, sayangnya, sebagian besar turis non-Jepang mengabaikan aturan lalu lintas dan peringatan yang telah diberikan oleh petugas keamanan lokal. Mereka memadati trotoar di sekitar toko Lawson tanpa memperdulikan rambu dan aturan yang telah ditetapkan.
Pemerintah Kota Fujikawaguchiko kemudian harus bertindak tegas dengan memasang penghalang besar sebagai solusi untuk mengatasi perilaku buruk para turis. Langkah ini juga bertujuan untuk melindungi bangunan sekitar, seperti klinik gigi, dari dampak negatif akibat tingkah laku para turis yang tidak terkendali. Terkadang, para turis bahkan parkir di lokasi tersebut tanpa izin, bahkan nekat memanjat atap klinik demi mendapatkan foto yang dianggap sempurna dengan latar belakang Gunung Fuji.
Tindakan pemasangan penghalang ini diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap situasi yang semakin memburuk tersebut. Melalui langkah ini, pemerintah setempat berharap agar lokasi ini tetap dapat menarik bagi para pengunjung, namun dalam suasana yang lebih teratur dan terkendali.
Situasi ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pariwisata di Jepang secara keseluruhan. Dengan dibukanya perbatasan pada era pasca pandemi, jumlah pengunjung meningkat secara signifikan. Pemerintah pun berupaya keras untuk meningkatkan jumlah pengunjung, namun harus diiringi dengan penanganan yang bijaksana terhadap dilema overtourism.
Tidak hanya di Jepang, fenomena overtourism juga menghadang berbagai destinasi wisata populer di seluruh dunia. Di Kota Kyoto, misalnya, sudah diberlakukan larangan bagi pengunjung untuk memasuki gang-gang kecil yang tertutup, sebagai bagian dari upaya mengelola jumlah pengunjung secara lebih terkontrol.
Selain itu, pada musim panas di Jepang, para pendaki yang menggunakan rute terpopuler untuk mendaki Gunung Fuji akan dikenakan biaya masuk, dengan jumlah yang dibatasi untuk mengurangi kemacetan. Langkah ini sejalan dengan upaya global untuk mengendalikan masalah overtourism yang semakin meresahkan.
Di beberapa destinasi lain di seluruh dunia, seperti Indonesia khususnya Bali, dan Venesia, juga telah mulai menerapkan kebijakan pembatasan akses serta penerapan biaya masuk bagi para wisatawan harian. Hal ini dilakukan sebagai respons atas dampak negatif pariwisata massal yang dapat merusak kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat.
Pemasangan penghalang di Kota Fujikawaguchiko dapat menjadi contoh bagi destinasi wisata lainnya tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal. Pariwisata yang berkelanjutan harus selalu diiringi dengan upaya perlindungan dan pelestarian potensi wisata yang dimiliki. Dengan demikian, dapat tercipta pengalaman wisata yang menyenangkan dan berkesan bagi para pengunjung, tanpa memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Semoga langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah setempat dapat membawa dampak positif bagi keberlanjutan pariwisata di Jepang maupun di destinasi wisata lainnya di seluruh dunia.