Penggangguran di RI capai 10 Juta Jiwa Didominasi Generasi Z
Tanggal: 16 Mei 2024 20:48 wib.
Pemuda Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan besar yang tercermin dalam salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan, atau dalam istilah lain disebut sebagai Not in Employment, Education, and Training (NEET).
Jumlah mereka yang masuk kategori NEET mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan sebagian besar di antaranya merupakan anggota dari generasi Z, yang seharusnya sedang memasuki masa produktif. Generasi Z sendiri merujuk kepada kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, yang saat ini berusia antara 12 hingga 27 tahun.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat berbagai alasan yang menyebabkan para pemuda ini terjebak dalam kategori NEET, di antaranya adalah rasa putus asa, disabilitas, keterbatasan akses terhadap transportasi dan pendidikan, kendala finansial, serta tanggung jawab rumah tangga. Data BPS juga menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat sekitar 5,73 juta perempuan muda yang termasuk dalam kategori NEET, sementara jumlah laki-laki muda yang tergolong NEET mencapai angka sekitar 4,17 juta orang.
BPS juga memperhatikan bahwa angka NEET yang lebih tinggi pada kalangan perempuan dapat mengindikasikan adanya banyak keterlibatan perempuan dalam pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga ini dianggap sebagai faktor yang dapat menghambat perempuan muda untuk melanjutkan pendidikan atau memperoleh keterampilan kerja yang dapat meningkatkan daya saing mereka di dunia kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun alasan tepercaya yang bisa dijadikan landasan atas penurunan partisipasi seluruh warga muda di sisi pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja. Diperlukan upaya konkret dan kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan solusi yang dapat mengurangi angka NEET di kalangan generasi Z di Indonesia.
Selain itu, pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang mendukung akses pendidikan (terutama untuk perempuan) dan peluang kerja yang inklusif. Program-program pelatihan keterampilan juga perlu ditingkatkan untuk mempersiapkan pemuda untuk memasuki pasar kerja yang kompetitif. Sementara lembaga pendidikan dan pelatihan harus terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.
Di samping itu, penting untuk memberikan dukungan bagi perempuan muda agar dapat menyeimbangkan peran domestik dan karier mereka, sehingga mereka tidak terhambat dalam mengembangkan potensi dan keterampilan mereka. Semua pihak juga perlu bekerja sama dalam membangun kesadaran atas pentingnya kesetaraan gender dan menghilangkan stigma yang dapat menghambat partisipasi perempuan di dunia pendidikan dan pekerjaan.
Melalui langkah-langkah konkret dan kolaboratif, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang mendukung pemuda Indonesia, terutama generasi Z, untuk mengembangkan potensi mereka dan berkontribusi secara aktif dalam pembangunan negara. Hanya dengan keterlibatan semua pihak, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda Indonesia.
Penting untuk terus memantau dan menganalisis perubahan tren NEET di kalangan generasi Z, serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebab agar kita dapat merancang kebijakan yang lebih tepat sasaran dan solusi yang efektif untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan demikian, kita dapat memberikan kesempatan yang lebih adil dan merata bagi generasi muda Indonesia untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.