Sumber foto: Google

Pengasuhan Penuh Kesadaran Sejak Pranikah: Kunci Membangun Generasi Unggul Indonesia

Tanggal: 17 Mei 2025 14:05 wib.
Tampang.com | Membangun generasi unggul tidak dimulai saat anak lahir atau bahkan mulai sekolah, tapi jauh lebih awal—yakni sejak calon orangtua mempersiapkan diri sebelum menikah. Pendekatan pengasuhan penuh kesadaran atau mindful parenting kini semakin relevan sebagai pondasi untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.


Persiapan Pranikah: Langkah Awal Mindful Parenting

Menurut Endang Fourianalistyawati, dosen dan psikolog dari Universitas Yarsi serta anggota ECED Council Indonesia, mindful parenting bukan sekadar soal cara mendidik anak setelah lahir. Lebih dalam dari itu, pengasuhan penuh kesadaran mencakup kesiapan mental dan emosional pasangan sejak masa pranikah.

"Seringkali pengasuhan baru dibicarakan ketika anak sudah lahir, padahal kesiapan mental dan emosional pasangan sebelum menikah sangat krusial," ujar Endang.

Mindfulness di sini berarti hadir secara penuh dan sadar dalam setiap proses, termasuk dalam membangun hubungan yang sehat dan empatik antara pasangan. Dengan begitu, konflik rumah tangga yang destruktif dan pola asuh yang kurang ideal dapat diminimalisir, karena didasari oleh pengelolaan emosi dan ekspektasi yang realistis.


Melatih Kesadaran dan Regulasi Emosi Pasangan

Endang menjelaskan, praktik mindfulness membantu pasangan mengenali pola pikir dan nilai-nilai yang mereka bawa dari keluarga asal, sehingga bisa menyusun visi pengasuhan bersama secara lebih sehat. Penelitian juga membuktikan bahwa kemampuan mengatur emosi bersama (emotional co-regulation) sejak pranikah berkorelasi kuat dengan keberhasilan pengasuhan di masa depan.

"Pasangan yang terbiasa mengelola emosi bersama lebih peka dan terbuka, membangun kelekatan aman yang menjadi fondasi kuat hubungan orangtua-anak," tambahnya.


Kehamilan dan Transisi Emosi: Peran Mindfulness

Memasuki masa kehamilan, kesadaran penuh menjadi semakin penting. Kehamilan bukan sekadar proses fisik, melainkan transisi identitas yang dipenuhi tantangan emosional. Perubahan hormon pada ibu dan ketidakpastian peran bagi ayah bisa menimbulkan kecemasan.

Latihan pernapasan, meditasi, dan komunikasi terbuka membantu ibu hamil dan pasangan mengelola tekanan ini sekaligus membangun ikatan emosional yang kuat dengan calon bayi. Kondisi emosional ibu selama kehamilan bahkan berpengaruh langsung pada perkembangan sistem saraf janin, sehingga suasana hati yang tenang dan didukung akan menghasilkan bayi dengan kemampuan emosi yang lebih sehat.


Transformasi Paradigma: PAUD HI sebagai Ekosistem Pembelajaran untuk Orangtua

Sayangnya, intervensi pengasuhan di Indonesia masih sering dimulai ketika anak sudah lahir atau masalah mulai muncul. Endang mengingatkan, penguatan kapasitas pengasuh harus dimulai dari hulu, yakni masa pranikah.

Pelatihan pranikah yang ideal tidak hanya membahas aspek administratif, tetapi juga refleksi pola asuh, kesadaran diri, dan pengelolaan emosi. Di komunitas, program pengasuhan berbasis mindfulness dapat dikembangkan untuk mendukung peran ayah dan ibu secara penuh.

Endang juga menegaskan pentingnya peran negara dalam memfasilitasi ekosistem pengasuhan yang sadar sebagai bagian dari strategi pengasuhan nasional. Dengan memahami PAUD Holistik-Integratif (PAUD HI) bukan sekadar layanan untuk anak, melainkan ruang belajar bagi orangtua, budaya pengasuhan dapat bertransformasi menjadi lebih sadar, tangguh, dan penuh kasih sayang.


Orangtua Hadir Sepenuhnya, Generasi Unggul Terbentuk

Kesiapan mental dan emosional orangtua dalam menjalankan peran sangat menentukan kualitas generasi masa depan. Sebelum anak bisa membaca atau menulis, mereka sudah belajar dari sikap dan perhatian orangtua.

Dengan pengasuhan penuh kesadaran, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, sadar diri, dan siap menghadapi tantangan dunia.

"Penguatan kapasitas pengasuh harus menjadi strategi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia unggul Indonesia," tutup Endang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved