"Panduan Bijak Psikolog untuk Orang Tua: Mengatur Kecanduan Gim Online pada Anak"
Tanggal: 10 Agu 2025 21:02 wib.
Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia menekankan pentingnya peran orang tua dalam menerapkan aturan yang tepat bagi anak yang gemar bermain gim online. Menurut Gisella Tani Pratiwi, M.Psi., Psikolog, paparan berlebihan terhadap gim online atau perangkat elektronik lain sejak usia dini dapat membawa dampak serius pada perkembangan anak. Risiko ini meliputi gangguan interaksi sosial, keterlambatan stimulasi fisik, hingga hambatan perkembangan kognitif. Oleh karena itu, pengaturan yang bijak dan konsisten menjadi kunci untuk mencegah dampak negatif tersebut.
Gisella, yang merupakan psikolog klinis anak dan remaja lulusan Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa aturan yang dibuat orang tua tidak cukup hanya mengatur durasi bermain gim. Pemilihan jenis permainan juga harus diperhatikan. Misalnya, tidak semua gim online cocok untuk setiap kelompok usia, sehingga orang tua perlu menyesuaikan konten dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, keseimbangan antara waktu bermain dan belajar juga harus dijaga agar anak tetap memiliki fokus pada kegiatan akademis.
Berdasarkan panduan American Academy of Pediatrics (AAP), anak di bawah usia 18 bulan sebaiknya tidak diberikan screen time sama sekali, kecuali untuk kegiatan video call bersama keluarga dengan bimbingan orang tua. Sementara itu, anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun diperbolehkan screen time dalam bentuk media edukasi, tetap dengan pendampingan langsung. Memasuki usia 2 hingga 5 tahun, durasi bermain gim non-edukasi sebaiknya dibatasi maksimal satu jam per hari. Hal ini bertujuan untuk mencegah hambatan perkembangan bahasa, kemampuan berpikir, dan keterampilan sosial-emosional.
Untuk anak usia 5 hingga 12 tahun, Gisella menyarankan agar durasi bermain gim dibatasi maksimal dua jam per hari di luar waktu belajar. Pada tahap ini, orang tua perlu memastikan adanya keseimbangan antara screen time, aktivitas fisik, dan interaksi sosial secara langsung. Gisella menekankan bahwa bermain gim tidak boleh menggeser kesempatan anak untuk bersosialisasi atau melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat bagi kesehatan tubuhnya.
Ketika anak memasuki usia remaja (sekitar 13 tahun ke atas), pendekatan pengaturan screen time perlu dilakukan melalui kesepakatan bersama. Jika sejak kecil anak sudah terbiasa dengan pengaturan yang konsisten, maka pada usia remaja mereka akan lebih mampu mengelola penggunaan gim online secara mandiri. Orang tua di tahap ini dianjurkan untuk memperluas diskusi dengan anak, misalnya membahas konten gim yang aman, mengembangkan keterampilan pengelolaan diri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Lebih lanjut, Gisella menegaskan bahwa orang tua harus menjadi teladan dalam penggunaan gawai. Aturan yang disepakati bersama harus disertai komunikasi yang jelas, sesuai tingkat pemahaman anak, agar mereka mengerti dampak positif dan negatif gim online. Selain menerapkan aturan, keluarga juga dianjurkan untuk menyediakan alternatif kegiatan yang menarik, seperti aktivitas seni, olahraga, atau kegiatan bersama di luar rumah. Apabila anak menunjukkan tanda-tanda kecanduan dan terus melanggar kesepakatan, Gisella merekomendasikan untuk menghentikan sementara akses terhadap gim online hingga perilaku anak kembali terkendali.