Sumber foto: google

Pakar: Pemerintah Perlu Tiru Cara Eropa dalam Menangani Kecanduan Rokok

Tanggal: 5 Jun 2024 17:55 wib.
Pakar Kesehatan Publik drg. Laifa Annisa menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia perlu meniru cara Eropa dalam menangani masalah kecanduan merokok di masyarakat. Menurut Laifa, Belanda sebagai contoh, telah menetapkan klinik khusus untuk mengatasi kecanduan merokok, termasuk dengan menggunakan produk alternatif sebagai salah satu instrumen dalam upaya tersebut.

Menurut Laifa, pendekatan yang diterapkan di Belanda bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam menciptakan program yang terstruktur menggunakan produk alternatif tembakau untuk menurunkan angka perokok dewasa. Pemerintah Belanda juga memanfaatkan berbagai media untuk membantu penyembuhan kecanduan merokok.

Dalam konteks ini, data dari riset terbaru oleh IPSOS pada tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 70 persen perokok di Indonesia menganggap vape sama atau lebih berbahaya daripada rokok konvensional. Menurut Laifa, anggapan ini perlu diluruskan apabila Indonesia ingin mengurangi angka prevalensi perokok di dalam negeri.

Sebagai tambahan, dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta menyoroti pentingnya regulasi yang tepat sasaran bagi industri vape. Menurutnya, regulasi yang transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab dapat meningkatkan standar kesehatan masyarakat sambil mendorong inovasi.

Pendapat Laifa Annisa didukung oleh Pakar Nikotin dan Kesehatan Publik Dr. Karl Fagerstrom, yang mengungkapkan bahwa perdebatan mengenai risiko produk rokok elektrik dan produk alternatif lainnya telah menjadi perhatian sejumlah ahli kesehatan internasional. Fagerstrom mengutip Swedia sebagai contoh keberhasilan penerapan produk alternatif tembakau sebagai bagian dari kampanye berhenti merokok.

Menurut Fagerstrom, perbedaan antara rokok konvensional dan penggunaan produk tanpa asap sangat penting. Meskipun nikotin bersifat adiktif, produk tersebut tidak menyebabkan penyakit serius yang berhubungan dengan merokok. Temuan ini mengindikasikan bahwa fokus pencegahan kecanduan nikotin total perlu bergeser menjadi alternatif yang lebih aman bagi perokok yang tidak dapat berhenti sepenuhnya.

Fagerstrom juga menjelaskan bahwa konsumsi nikotin di Swedia dan negara-negara Eropa lainnya hampir sama, namun tingkat kanker paru-paru di Swedia jauh lebih rendah, sebesar 41 persen, dan kematian akibat tembakau juga lebih sedikit. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh penggunaan produk nikotin alternatif seperti kantung nikotin atau rokok elektrik.

Dari pengalaman di Swedia, Fagerstrom menekankan bahwa mengatasi miskonsepsi tentang nikotin dalam masyarakat bisa menghasilkan kebijakan kesehatan yang lebih melindungi masyarakat.

Dalam konteks Indonesia, para ahli kesehatan seperti Laifa Annisa dan Karl Fagerstrom memandang pentingnya pendekatan yang komprehensif dalam menangani kecanduan rokok. Banyaknya perokok di Indonesia menunjukkan urgensi dalam merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengurangi angka perokok, serta memberikan perhatian yang serius terhadap upaya berhenti merokok.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved