Sumber foto: iStock

Negara dengan Jam Kerja Terpendek vs Terpanjang: Siapa yang Lebih Bahagia?

Tanggal: 28 Feb 2025 12:51 wib.
Work-life balance saat ini semakin menjadi perhatian utama bagi banyak perusahaan di seluruh dunia, karena dampaknya yang signifikan terhadap kesejahteraan karyawan. Salah satu faktor utama yang memengaruhi keseimbangan ini adalah durasi jam kerja. Rata-rata jam kerja di dunia berkisar antara 40 hingga 50 jam per minggu.

Namun, panjangnya waktu yang dihabiskan untuk bekerja dipengaruhi oleh banyak elemen, termasuk jenis industri, budaya kerja, dan regulasi pemerintah di masing-masing negara.

Di dunia saat ini, ada sejumlah negara yang mengambil langkah-langkah untuk memperpendek waktu kerja demi menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Menurut data dari Organisasi Pekerja Internasional (ILO), berikut adalah lima negara dengan jam kerja terpendek yang menunjukkan pendekatan progresif terhadap jam kerja:

1. Vanuatu: Di Vanuatu, rata-rata durasi kerja mencapai 24,7 jam per minggu per orang. Angka ini mencerminkan fokus yang tinggi pada gaya hidup dan kualitas hidup bagi warganya.

2. Kiribati: Dengan rata-rata 27,3 jam per minggu, Kiribati juga menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan karyawan serta menjaga tradisi dan kultur lokal yang kaya.

3. Mozambik: Rata-rata kerja di Mozambik adalah 28,6 jam seminggu. Meskipun negara ini menghadapi banyak tantangan ekonomi, kebijakan kerja yang fleksibel masih memungkinkan karyawan untuk memiliki waktu bersosialisasi dan beristirahat.

4. Rwanda: Dengan rata-rata 28,8 jam kerja per minggu, Rwanda menunjukkan bagaimana transformasi sosial dan ekonomi dapat berdampak positif pada cara kita bekerja.

5. Austria: Di antara negara-negara dengan jam kerja terpendek, Austria mengakhiri daftar dengan rata-rata 29,5 jam. Austria terkenal dengan pendekatan yang seimbang terhadap kerja, dengan banyak kebijakan yang mendukung kesejahteraan sosial.

Namun, di sisi lain, ada juga negara-negara yang memiliki jam kerja terpanjang, menandakan sebuah kultur kerja yang berorientasi pada hasil dan performa. Berdasarkan data dari ILO, berikut adalah lima negara dengan jam kerja terpanjang:

1. Uni Emirat Arab: Di UEA, rata-rata jam kerja adalah yang tertinggi di dunia, mencapai 52,6 jam per minggu. Di sini, sekitar 46% pekerja terlibat dalam pekerjaan yang dianggap sebagai "batas kerja berlebihan" oleh ILO.

2. Gambia: Negara di Afrika ini memiliki rata-rata 50,8 jam per minggu, mencerminkan industri yang mungkin belum sepenuhnya memenuhi standar kerja yang baik.

3. Bhutan: Meskipun dikenal sebagai negara dengan indeks kebahagiaan tinggi, rata-rata jam kerja di Bhutan mencapai 50,7 jam, menunjukkan kompleksitas antara kesejahteraan dan kerja keras.

4. Lesotho: Dengan rata-rata jam kerja 49,8 jam per minggu, Lesotho menghadapi tantangan dalam hal keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bagi para pekerjanya.

5. Kongo: Kongo mencatatkan rata-rata jam kerja 48,6 jam seminggu, memperlihatkan kondisi kerja yang sering kali berat dan menantang di negara tersebut.

Ketika membahas topik jam kerja, penting untuk memperhatikan bahwa distribusi waktu kerja ini tidak selalu merata di setiap negara. Sebagai contoh, di Uni Emirat Arab, terdapat 46% dari karyawan yang bekerja lebih dari 49 jam dalam seminggu, yang dipandang sebagai batas waktu kerja yang berlebihan. Bandingkan dengan Austria, di mana hanya sekitar 8% pekerja yang melampaui batas waktu tersebut, menunjukkan perbedaan budaya kerja yang mencolok antara kedua negara.

Melihat ke arah Amerika Serikat, rata-rata jam kerja per pekan adalah 36,4 jam, yang mungkin terasa lebih ringan dibandingkan dengan negara-negara seperti Korea Selatan (37,9 jam), China (46,1 jam), Rusia (37,8 jam), dan India (47,7 jam). Angka ini memberikan gambaran mengenai bagaimana masyarakat di masing-masing negara menghargai waktu kerja serta kesehatan mental dan fisik pekerja mereka.

Lebih jauh lagi, para pekerja di Amerika cenderung memiliki pekan kerja yang lebih panjang dibandingkan dengan rata-rata pekerja di Uni Eropa yang mencatatkan angka 30,2 jam per minggu. Ini menjadi sorotan menarik, terutama mengingat survei oleh Randstad Workmonitor yang menunjukkan bahwa sekitar 43% warga Amerika merasa tertekan untuk tetap siap bekerja meskipun di luar jam kerja reguler. Hal ini menunjukkan adanya tantangan signifikan dalam mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi di negara tersebut.

Dalam dunia global yang terus berubah, pergeseran norma-norma kerja menjadi semakin penting. Negara-negara yang memilih untuk memprioritaskan kesejahteraan karyawannya melalui pengurangan jam kerja dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Sementara itu, negara-negara dengan jam kerja yang lebih panjang harus menemukan cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan pekerjanya agar tidak terjebak dalam kultur kerja yang merugikan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved