Musik dan Perkembangan Otak Anak: Pentingnya Peran Orang Tua
Tanggal: 24 Jul 2025 09:56 wib.
Musik telah lama diakui sebagai media yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan otak, terutama pada anak-anak. Menurut Michelle Brigitta Shanny, seorang psikolog klinis anak dan remaja dari Universitas Padjajaran, musik memiliki peran yang sangat krusial dalam mengembangkan fungsi otak anak melalui stimulasi sensorik yang tepat. Selama fase pertumbuhan, otak anak mengalami plasticity yang tinggi, yang memungkinkan terbentuknya dan penguatan koneksi antar-neuron melalui pengalaman yang mereka dapatkan, termasuk dari musik.
Michelle menjelaskan bahwa paparan musik dapat memberikan effek positif pada berbagai aspek kognitif anak. Misalnya, ia dapat meningkatkan pemrosesan bahasa dan suara pada lobus temporal, memperkuat kemampuan berfokus dan berpikir di lobus frontal, serta mendukung koordinasi motorik melalui cerebellum. Hal ini sangat penting, mengingat pengembangan kemampuan bahasa anak menjadi salah satu fondasi utama untuk keterampilan membaca yang baik.
Lebih lanjut, Michelle menekankan bahwa musik berkontribusi pada perkembangan keterampilan fonologis dan kosakata anak, yang semuanya berhubungan erat dengan kemampuan membaca mereka di kemudian hari. Musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan; ia juga menjadi alat penting dalam membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka, memahami emosi, serta menenangkan diri. Kegiatan seperti menari atau bermain alat musik juga sangat bermanfaat dalam memperkuat integrasi sensorimotor anak.
Namun, perhatian juga harus diberikan pada jenis musik yang mereka dengar. Jika anak terpapar pada musik yang tidak sesuai dengan usia, hal tersebut dapat membawa dampak negatif bagi perkembangan neurologis, emosional, dan sosial mereka. Mengingat tahap pertumbuhan mereka, otak anak belum sepenuhnya mampu menyaring dan memahami konten secara kritis.
Michelle menunjukkan bahwa anak yang sering terpapar lirik yang tidak pantas atau adegan kekerasan dapat mulai meniru perilaku yang mereka lihat atau dengar tanpa memahami konteksnya. Misalnya, mereka mungkin akan mulai menggunakan bahasa kasar atau memiliki pemahaman yang keliru tentang hubungan yang lebih kompleks.
Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting. Orang tua harus bertindak sebagai pendamping, pembimbing, dan pendidik yang dapat memberikan batasan serta nilai-nilai yang tepat. Michelle menyarankan agar reaksi orang tua tidak bersifat langsung reaktif ketika anak mendengarkan musik yang kurang pantas. Sebagai gantinya, komunikasi yang terbuka dan reflektif sangat diperlukan.
Komunikasi tanpa menghakimi sangatlah penting. Orang tua bisa memberi penjelasan kenapa tertentu lagu tidak sesuai dengan usia anak dan menawarkan alternatif musik yang lebih positif. Melibatkan anak dalam memilih musik juga bisa menjadi pendekatan yang menyenangkan dan edukatif.
Michelle juga menegaskan pentingnya konsistensi dalam menetapkan batasan dan menjelaskan alasan di baliknya. Tindakan-tindakan seperti mendengarkan musik atau menonton konten bersama anak dapat membuka peluang bagi orang tua untuk membagikan pandangan dan nilai-nilai, serta memberikan wawasan yang mendalam tentang isi konten yang mereka akses.
Dengan upaya yang tepat, orang tua tidak hanya akan melindungi anak dari konten yang berbahaya, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan literasi media, yakni kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menyaring informasi dengan bijak.