Muncul Fenomena Anak Muda China Ramai-Ramai Pensiun-Masuk Panti Jompo
Tanggal: 6 Okt 2024 10:20 wib.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pemuda China memilih untuk meninggalkan kehidupan kota dan pindah ke pedesaan. Mereka mendokumentasikan gaya hidup yang disebut sebagai "pensiun dini" di media sosial setelah menyatakan diri di-PHK, mengundurkan diri, atau menganggur. Menurut laporan CNBC International, para "pensiunan muda" ini, yang sering menulis dalam profil mereka bahwa mereka lahir di tahun 1990-an atau 2000-an, memulai kehidupan baru di pedesaan sebagai bentuk istirahat karier. Mereka memanfaatkan media sosial untuk berbagi perjalanan mereka selama cuti kerja atau masa-masa tidak bekerja.
Menurut Chung Chi Nien, seorang profesor di Universitas Politeknik Hong Kong, sulitnya mencari pekerjaan di kota-kota besar menjadi alasan utama mengapa banyak pemuda beralih ke kehidupan pedesaan. Ekonomi China yang sedang menghadapi tantangan, termasuk lemahnya permintaan domestik dan penurunan sektor properti, memperburuk keadaan ini. Pada tahun ini, rekor 11,8 juta lulusan perguruan tinggi memasuki pasar tenaga kerja, meningkatkan persaingan di antara para pencari kerja. Hal ini telah menyebabkan "penurunan nilai" gelar sarjana, yang berdampak negatif pada kesempatan kerja bagi mereka yang memiliki sedikit pengalaman atau kredensial.
Tingkat pengangguran pemuda China pada bulan Agustus mencapai rekor baru sebesar 18,8%, angka tertinggi sejak sistem pencatatan baru mulai digunakan pada Desember tahun lalu. Angka ini naik dari 17,1% pada bulan Juli, seiring dengan semakin memburuknya kondisi ekonomi Tiongkok. "Jika semua faktor ini digabungkan, tidak mengherankan bahwa banyak pemuda memilih untuk 'mundur' atau 'pensiun' ke pedesaan karena semakin sulitnya mencari pekerjaan, terutama pekerjaan yang baik di kota-kota besar," kata Chung, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Provinsi seperti Yunnan, Guizhou, dan Sichuan menjadi tujuan populer bagi para pemuda yang mencari kehidupan pedesaan. Biaya hidup di daerah-daerah ini hanya sekitar seperempat dari biaya hidup di kota-kota besar seperti Shanghai.
Namun, pekerjaan yang tersedia di kota sering kali tidak sesuai dengan harapan para lulusan muda. Sektor jasa bernilai tambah tinggi, seperti real estate dan keuangan, yang biasanya menyerap banyak lulusan, mengalami kontraksi tajam dalam tiga tahun terakhir. Menurut Dan Wang, kepala ekonom di Hang Seng Bank China, meskipun pekerjaan dengan gaji rendah seperti pengemudi layanan antar atau ojek online tersedia, para lulusan yang berpendidikan menolak pekerjaan tersebut. "Mereka lebih memilih duduk di rumah bersama orang tua [dan] menunggu pekerjaan yang lebih baik," katanya.
Di sisi lain, sektor manufaktur yang juga menawarkan pekerjaan tidak banyak menarik minat kaum muda. Mereka lebih memilih menunggu daripada menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan kualifikasi dan aspirasi mereka. Menurut Wang dari Hang Seng Bank China, kritik semacam ini wajar dalam konteks budaya China, di mana pendidikan dipandang sebagai investasi besar bagi keluarga. "Orang-orang cenderung berpikir bahwa siapa pun yang menerima pendidikan tinggi harus menggunakannya dan bekerja keras," katanya.
Banyak dari para pemuda ini sebenarnya memiliki sumber pendapatan, dengan beralih ke e-commerce atau mencoba menjadi influencer di media sosial. Kehidupan pedesaan yang tenang dan pemandangan alam menjadi latar belakang yang menarik bagi para pengikut mereka. Fenomena ini juga mendorong munculnya tren baru yang disebut "panti jompo pemuda," tempat di mana kaum muda bisa "beristirahat" kapan saja. Beberapa pendiri panti ini bahkan membatasi tamu yang berusia di atas 45 tahun untuk menjaga nuansa pemuda di dalamnya.
Meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa ini hanya taktik pemasaran, tren tersebut tetap mencerminkan tingkat kecemasan yang dirasakan oleh Generasi Z dan milenial, serta keinginan mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih santai. "Anak-anak muda yang mengalami tekanan tinggi atau rasa putus asa mencari tempat untuk merenung dan mengatur ulang hidup mereka," kata Jia Miao, seorang asisten profesor di NYU Shanghai.
Namun, tren "pensiun" dan "panti jompo" di pedesaan ini diperkirakan tidak akan bertahan lama. Menurut Wang dari Hang Seng Bank China, meskipun pedesaan China menawarkan tempat beristirahat sementara dari pengangguran kota, para pemuda ini pada akhirnya akan kembali ke kota. Ini dapat dianggap sebagai sebuah siklus, di mana generasi muda mencari alternatif sementara di pedesaan sebelum kembali ke kota untuk mengejar peluang karier yang lebih menjanjikan.
Tren ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana pemerintah China dapat mendukung generasi muda yang menghadapi tantangan ekonomi ini. Program pembangunan pedesaan dan peluang kerja di daerah non-urban bisa menjadi solusi jangka panjang bagi pengangguran pemuda dan menawarkan mereka alternatif yang lebih berkelanjutan daripada pensiun dini di pedesaan. Selain itu, dukungan untuk pengembangan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja, serta insentif bagi perusahaan yang membuka peluang bagi lulusan baru, juga dapat membantu mengatasi masalah pengangguran pemuda di China.
Dengan memperluas peluang di daerah-daerah pedesaan, generasi muda akan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam merencanakan karier mereka, termasuk memiliki pilihan untuk mengejar kehidupan yang lebih sederhana di pedesaan atau mencari peluang di kota-kota besar. Mendorong kerja sama antara pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan juga akan vital dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk tantangan pengangguran pemuda di China.
Dengan mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi generasi muda, termasuk peningkatan kualitas hidup di pedesaan, pemerintah China dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memberikan harapan bagi generasi muda dalam merencanakan masa depan mereka. Langkah-langkah proaktif ini akan membantu mengatasi masalah pengangguran pemuda dan menawarkan solusi yang berkelanjutan untuk tantangan ekonomi yang dihadapi generasi muda China.