Misteri Umur Panjang: Rahasia Biologis Maria Branyas yang Hidup 117 Tahun
Tanggal: 25 Mar 2025 14:22 wib.
Maria Branyas Morera, seorang wanita asal Amerika Serikat, mengejutkan dunia dengan prestasinya hidup hingga 117 tahun. Mendiang Branyas yang meninggal pada Agustus 2024, diakui sebagai orang tertua di dunia pada masa hidupnya, dan keberadaannya memicu rasa ingin tahu para peneliti tentang faktor-faktor biologis yang membuatnya mampu mempertahankan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan usianya. Pertanyaan tentang apa yang memungkinkan beberapa individu untuk hidup begitu lama menjadi tema yang menarik perhatian banyak ilmuwan.
Dalam rangka menjawab pertanyaan ini, sebuah studi yang dipimpin oleh Manel Esteller, seorang ahli epigenetika di Institut Josep Carreras, dilakukan dengan mempelajari sampel urin, darah, tinja, dan air liur Branyas yang diambil pada tahun terakhir hidupnya.
Hasil penelitian ini diunggah pada 25 Februari di server pracetak bioRxiv dan meskipun belum melalui proses tinjauan sejawat, data awal menunjukkan adanya keunikan dalam komposisi biologis Branyas yang mungkin berkontribusi pada umur panjangnya.
Hasil studi mengungkapkan sejumlah faktor-faktor kritis yang berpotensi melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Di antaranya adalah varian genetik yang berhubungan dengan fungsi kekebalan tubuh, kadar kolesterol yang sangat baik, serta keberadaan bakteri menguntungkan yang membantu melawan peradangan dalam sistem pencernaannya.
Kesemuanya menyuguhkan pandangan baru tentang bagaimana seseorang dapat mencapai usia yang sangat lanjut tanpa mengalami banyak penyakit umum yang biasanya mengganggu orang-orang di usia tua.
Sejarah hidup Branyas sendiri sangat menarik. Ia lahir pada tahun 1907 di San Francisco dan menghabiskan masa muda di Texas dan Louisiana sebelum akhirnya pindah ke Spanyol pada tahun 1915. Sepanjang hidupnya, Branyas meneruskan gaya hidup yang cukup aktif dan memiliki ketajaman kognitif yang luar biasa hingga menjelang akhir hayatnya, meski ia juga mengalami gangguan pendengaran dan tantangan mobilitas.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mempelajari genetik Branyas dan hasilnya dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari wanita muda lainnya dalam proyek yang dikenal sebagai Proyek 1000 Genom. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan variasi gen yang ada dalam populasi manusia di wilayah Iberia, dan dari perbandingan tersebut ditemukan tujuh varian genetik langka dalam genom Branyas.
Varian-gen ini memiliki hubungan dengan fungsi kognitif, sistem imun, serta seberapa baik organ-organ vital berfungsi. Temuan ini menyoroti pentingnya genetik dalam mempengaruhi kesehatan dan umur panjang individu.
Lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa Branyas memiliki fungsi mitokondria yang sangat baik. Ini berarti bahwa pusat energi dalam sel-selnya berfungsi lebih optimal dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda.
Selain itu, kadar kolesterol yang rendah serta produksi protein yang tinggi juga diindikasikan sebagai faktor mendukung untuk sistem kekebalan tubuhnya. Dengan kata lain, meskipun secara kronologis Branyas tergolong tua, secara biologis tubuhnya menunjukkan hasil yang sangat mengesankan.
Aspek lainnya yang menonjol dari penelitian ini adalah analisis mikrobioma usus Branyas. Penelitian menunjukkan bahwa mikrobioma ususnya berbeda dari individu lain yang berusia antara 61 hingga 91 tahun.
Bagian penting dari penelitian ini menemukan bahwa Branyas memiliki tingkat bakteri dari genus Actinobacteria yang tinggi, bakteri tersebut biasanya menurun pada orang yang lebih tua. Selain itu, keberadaan bakteri Bifidobacterium juga terlihat signifikan, yang diketahui memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa anti-inflamasi.
Ahli Esteller mengungkapkan bahwa keberadaan bakteri yang melindungi dari peradangan dalam sistem pencernaannya ini mungkin disebabkan oleh genetika dan pola makan Branyas, termasuk kebiasaan mengonsumsi yogurt tiga kali sehari.
Yogurt dan makanan fermentasi lainnya kaya akan probiotik, yaitu mikroorganisme yang bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mikrobioma usus. Kebiasaan tersebut menunjukkan bahwa pola makan yang sehat juga berkontribusi terhadap umur panjang yang dimiliki Branyas.
Temuan menarik lainnya adalah perbedaan yang signifikan dalam penanda molekuler penuaan yang terlihat pada tubuh Branyas dibandingkan dengan usia kronologisnya. Dalam dunia penuaan, telomer yang memudahkan perlindungan DNA biasanya akan semakin memendek seiring bertambahnya usia.
Meskipun telomer Branyas menunjukkan pemendekan yang seharusnya, penanda penuaan lain yang diukur melalui metilasi DNA-nya menunjukkan bahwa ia secara biologis "lebih muda" daripada usianya yang sebenarnya. Tim peneliti mencatat bahwa penanda tersebut menunjukkan signifikasi usia biologis antara 100 hingga 110 tahun.
Jam biologis Branyas terlihat seperti jam orang berusia lebih muda, tetapi pada saat yang sama, sel-selnya menunjukkan tanda-tanda penuaan, yang menciptakan paradox menarik terkait kesehatan penuaan. Penemuan ini membuka jalan baru dalam penelitian mengenai umur panjang, di mana studi lebih lanjut dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara genetik, pola hidup, dan kesehatan seiring bertambahnya usia.
Meskipun data Branyas belum sepenuhnya dieksplorasi, penelitian tersebut menjanjikan kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mendukung hidup sehat dalam waktu yang sangat lama.