Merck Meningkatkan Akses Perawatan Kesuburan yang Berfokus pada Pasien
Tanggal: 4 Agu 2025 11:39 wib.
Merck, perusahaan terkemuka di bidang teknologi kesehatan, berkomitmen untuk memperluas akses perawatan kesuburan yang tidak hanya berdasar pada ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan pendekatan yang penuh empati terhadap pasien. "Kami di Merck yakin bahwa perawatan kesuburan di Indonesia dapat menjadi solusi yang vital untuk menjaga keseimbangan populasi yang sehat dan pada gilirannya, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," ungkap Evie Yulin, Direktur Utama PT Merck Tbk, dalam siaran pers yang diterima pada Rabu (30/7).
Perusahaan ini tidak hanya berhenti di penyediaan terapi berbasis sains dengan menggunakan Teknologi Reproduksi yang Dibantu (ART), namun juga memberikan perhatian khusus terhadap pengalaman pasien selama proses In Vitro Fertilization (IVF). Dalam rangka mendukung upaya ini, Merck menyediakan berbagai alat bantu komunikasi yang bertujuan untuk memfasilitasi tenaga kesehatan dalam menjelaskan prosedur IVF dan harapan yang relevan kepada pasien dengan cara yang lebih mudah dimengerti.
Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto SpOG Subsp FER, Ketua Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI), menekankan pentingnya pergeseran dalam layanan fertilitas untuk lebih berorientasi pada pasien, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi individu masing-masing. "Kesuksesan dalam program IVF tidak hanya ditentukan oleh teknologi yang digunakan, tetapi juga oleh bagaimana dokter dapat membangun komunikasi yang empatik dan transparan dengan pasien. Kepercayaan, kenyamanan, dan dukungan emosional selama proses tersebut sama pentingnya dengan hasil klinis," jelas Hendy.
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko SpOG Subsp FER MPH FRANZCOG (Hons) FICRM, Ketua Umum PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), menambahkan bahwa program bayi tabung di Indonesia kini telah sejajar dengan standar internasional. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan kesuburan yang ada di negara ini. "Dokter dan klinik di Indonesia telah menunjukkan kredibilitas yang tinggi dalam menyediakan layanan ART yang sesuai dengan standar global. Saat ini, kita perlu bekerja sama untuk membangun kepercayaan masyarakat agar lebih banyak pasangan dapat merasakan manfaat dari layanan ini dan memiliki peluang untuk mewujudkan mimpi memiliki anak," tuturnya.
Lebih jauh, Merck turut berupaya meningkatkan akses pasien terhadap perawatan kesuburan dengan melakukan inisiatif inklusi asuransi, yang melibatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan nasional serta penyedia asuransi swasta. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengatasi tantangan biaya, sehingga lebih banyak pasangan dapat mewujudkan impian untuk memiliki anak tanpa terkendala beban finansial. Langkah ini juga menjadi bagian penting dalam memperluas akses ke program fertilitas yang lebih inklusif dan berkelanjutan di tanah air.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 10-15 persen pasangan di Indonesia mengalami masalah infertilitas. Sumber lain, World Population Prospects, mencatat bahwa pada tahun 1990, Total Fertility Rate (TFR) Indonesia berada di angka 3,10. Namun, tren angka ini mengalami penurunan secara signifikan hingga mencapai 2,15 pada tahun lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran di Indonesia telah berkurang 30,64 persen dalam rentang waktu 1990 hingga 2022.
Dengan adanya komitmen dari Merck terhadap teknologi reproduksi berbasis bantuan, Wenny Aurelia, pendiri komunitas Endometriosis Indonesia, berharap agar klinik dan penyedia layanan infertilitas dapat lebih transparan dalam memberikan edukasi kepada pasangan yang menjalani IVF. Hal ini penting agar mereka tidak harus menghadapi stres, ketakutan akan kegagalan, serta kebingungan yang seringkali disebabkan oleh kurangnya informasi yang jelas dan terbuka.