Menjaga Kesehatan Mental dengan Bijak Mengelola Informasi di Era Media Sosial

Tanggal: 1 Sep 2025 14:23 wib.
Di tengah derasnya arus informasi yang datang silih berganti setiap detik, terutama dari media sosial, masyarakat sering kali tidak sadar bahwa paparan berita dan informasi negatif bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Nena Mawar Sari, menekankan pentingnya sikap selektif dalam mengonsumsi informasi. Menurutnya, kunci utama agar tidak terjebak dalam lingkaran stres yang disebabkan oleh banjir berita negatif adalah dengan melakukan filter atau penyaringan informasi. Informasi yang berseliweran di media sosial tidak semuanya bermanfaat, bahkan sebagian justru bisa memicu rasa kewalahan, kecemasan, dan akhirnya berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih kompleks.

Nena mengingatkan, masyarakat sebaiknya berfokus hanya pada informasi yang benar-benar berguna dan bisa memberikan nilai tambah bagi perkembangan diri. Ia menegaskan, berita atau informasi yang tidak membawa manfaat justru berisiko menumpuk dalam pikiran dan menimbulkan rasa sesak, sehingga alih-alih menambah wawasan, yang terjadi justru penurunan kualitas kesehatan mental. Ia pun memberi penekanan bahwa kesehatan pribadi, baik mental maupun fisik, jauh lebih berharga daripada sekadar mengikuti arus informasi yang belum tentu relevan atau berdampak positif.

Bagi individu yang sudah terlanjur terpapar oleh berita-berita negatif, Nena menyarankan untuk mengambil jeda sejenak dari aktivitas yang sedang dilakukan. Langkah sederhana seperti mengatur ritme napas dengan lebih perlahan dapat membantu menenangkan diri sekaligus memberi ruang bagi otak untuk menimbang, apakah informasi tersebut layak dipikirkan lebih lanjut atau justru lebih baik dilepaskan. Teknik jeda ini, menurutnya, efektif dalam mencegah akumulasi stres yang sering kali terjadi karena pikiran dipaksa menerima terlalu banyak stimulus negatif dalam waktu singkat.

Selain teknik jeda dan pernapasan, ia juga merekomendasikan agar seseorang berusaha menyeimbangkan diri dengan berinteraksi bersama orang-orang terdekat. Percakapan ringan, membahas hal-hal lucu, atau berbagi cerita menyenangkan dapat menjadi sarana pelepas emosi yang menenangkan hati sekaligus meredakan ketegangan. Upaya sederhana seperti ini bisa membantu seseorang mengembalikan keseimbangan emosionalnya setelah seharian bergulat dengan banjir informasi di media sosial.

Lebih jauh, Nena juga mengajak masyarakat untuk berani melakukan “puasa digital” atau mengistirahatkan diri dari paparan konten negatif. Mengurangi waktu bermain media sosial dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih sehat, seperti olahraga, berjalan santai, atau kegiatan kreatif lainnya, diyakini dapat membantu menyalurkan energi secara lebih konstruktif. Dengan begitu, tubuh dan pikiran tidak hanya terpaku pada layar gawai yang kerap kali menjadi sumber rasa lelah, tetapi justru bisa mendapatkan pengalaman yang menyehatkan dan menyegarkan.

Fenomena ini semakin relevan mengingat belakangan ini banyak lini masa media sosial dipenuhi dengan berita-berita yang melelahkan, mulai dari kasus operasi tangkap tangan pejabat, kejahatan kriminal, hingga kerusuhan akibat demonstrasi. Tidak sedikit warganet yang mengaku jenuh dan lelah dengan derasnya informasi mengejutkan yang datang setiap hari, bahkan berharap agar kondisi Indonesia segera membaik. Situasi ini menegaskan bahwa masyarakat memang membutuhkan kesadaran baru untuk melindungi kesehatan mentalnya dari paparan konten yang berlebihan.

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, turut menambahkan bahwa menjaga kesehatan mental bukan hanya sekadar tren atau kebutuhan sementara, melainkan bagian penting dari siklus kehidupan manusia. Ia mengingatkan, sejak lama konstitusi Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan bahwa definisi kesehatan mencakup kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara utuh, bukan sekadar terbebas dari penyakit atau kelemahan. Artinya, jika seseorang ingin benar-benar sehat, maka kondisi mentalnya juga harus dijaga dengan serius, sejajar dengan perhatian terhadap kesehatan fisik.

Dengan semua pertimbangan ini, jelaslah bahwa memilah informasi di era digital bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak untuk melindungi kesehatan mental masyarakat. Masyarakat diajak untuk lebih bijak dalam menyikapi arus informasi, karena hanya dengan menyaring dan memilih hal-hal yang benar-benar bermanfaat, kita bisa menjaga pikiran tetap jernih, hati tetap tenang, dan kehidupan sehari-hari tetap seimbang meski dikelilingi derasnya arus berita yang tak pernah berhenti.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved