Menjaga Gigi Sehat dengan Perawatan Saluran Akar: Solusi untuk Infeksi pada Akar Gigi
Tanggal: 14 Jun 2025 11:51 wib.
Perawatan Saluran Akar (PSA) merupakan salah satu solusi yang disarankan oleh drg. R Jarvi A Safitri, Sp.KG, seorang dokter spesialis conservasi gigi di RSUD Bakti Pajajaran Cibinong. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak terburu-buru mencabut gigi berlubang yang terinfeksi. Sebaiknya, konsultasikan ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan yang tepat sebelum mengambil keputusan serius seperti pencabutan gigi.
Sebagai seorang ahli, Safitri mengungkapkan bahwa tindakan perawatan saluran akar adalah prosedur yang biasa dilakukan oleh dokter gigi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi di akar gigi. Kasus yang sering memerlukan PSA umumnya adalah pasien dengan keluhan sakit gigi yang sangat mengganggu, yang timbul akibat infeksi atau peradangan yang terjadi di dalam gigi.
Dalam penjelasan lebih dalam, Safitri mengatakan bahwa perawatan saluran akar sangat penting untuk mempertahankan keberadaan gigi asli di dalam mulut selama mungkin. Prosedur ini tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan fungsi gigi namun juga menjaga estetika gigi tetap terjaga. Mengabaikan kondisi gigi yang terinfeksi dapat berbahaya, terutama jika pasien memutuskan untuk mencabut gigi saat peradangan masih tinggi. Ini dapat berisiko komplikasi dan perdarahan yang cukup serius.
“Ketika gigi dicabut saat sedang nyeri, hal ini membuat proses pencabutan menjadi lebih sulit dan tidak nyaman. Selain itu, obat anestesi yang diberikan mungkin tidak akan efektif karena rasa sakit yang dirasakan pasien,” ungkapnya.
Safitri menekankan bahwa sebelum memutuskan untuk mencabut gigi, dokter biasanya akan meresepkan obat pereda rasa sakit dan antibiotik untuk menanggulangi infeksi. Dokter juga akan memantau kondisi pasien selama tiga hingga lima hari untuk mengevaluasi apakah prosedur PSA bisa dilakukan, atau jika gigi pasien benar-benar harus dicabut.
Penting juga untuk dipahami masyarakat bahwa gigi berlubang atau kerusakan pada gigi umumnya disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama adalah adanya bakteri yang tinggal di permukaan gigi. Bakteri ini biasanya berasal dari sisa makanan yang menumpuk dan tidak dibersihkan secara rutin. Ketika sisa makanan tersebut tidak diangkat, bakteri dapat berkembang dengan cepat, seperti streptococcus mutans yang berperan besar dalam proses pembentukan asam.
“Asam yang dihasilkan dari metabolisme bakteri tersebut dapat melarutkan jaringan mineral enamel yang merupakan bagian terkuat dari gigi. Hal inilah yang menyebabkan enamel menjadi lemah dan rentan terhadap serangan bakteri lain,” jelas Safitri.
Proses ini bisa terjadi dengan cepat, hanya dalam waktu 24 jam tanpa perawatan kebersihan mulut yang memadai, dan dapat menyebabkan pembentukan plak gigi. Apabila pada tahap awal tidak ditangani, lubang kecil akan berkembang menjadi lebih besar.
Ketika kerusakan gigi sudah menyentuh dentin, sensitivitas terhadap rasa sakit pun meningkat. Seiring dengan berjalannya waktu, jika tidak diobati, lubang tersebut akan semakin membesar hingga mencapai bagian pulpa gigi.
“Begitu mencapai pulpa, rasa sakit yang dirasakan pasien akan semakin hebat, karena saraf di dalam gigi sudah terpengaruh. Oleh karena itu, kedalaman kerusakan gigi menjadi salah satu aspek penting yang diperhatikan saat menentukan perawatan yang diperlukan,” tutup Safitri, yang merupakan alumnus dari Universitas Padjadjaran.
Dengan pemahaman ini, penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan berkunjung ke dokter gigi secara berkala agar permasalahan pada gigi dapat diidentifikasi dan ditangani sejak dini.