Mengungkap Fakta Gentle Parenting: Mitos vs. Realitas
Tanggal: 30 Mar 2025 12:25 wib.
Tampang.com | Gentle parenting menjadi salah satu metode pengasuhan yang semakin populer di kalangan orangtua modern. Pola asuh ini menekankan empati, komunikasi yang sehat, serta pembelajaran disiplin tanpa kekerasan. Namun, masih banyak kesalahpahaman yang berkembang mengenai gentle parenting. Salah satunya adalah anggapan bahwa metode ini membuat anak menjadi "lembek" dan tidak siap menghadapi dunia nyata.
Lantas, apakah benar gentle parenting berdampak negatif pada anak? Berikut beberapa mitos yang sering muncul serta fakta sebenarnya.
1. Gentle Parenting Sama dengan "Lawn Mower Parenting"
Salah satu mitos yang berkembang adalah gentle parenting dikategorikan sebagai lawn mower parenting, yakni pola asuh di mana orangtua menghilangkan setiap hambatan dalam hidup anak agar mereka tidak mengalami kesulitan.
Faktanya, gentle parenting tidak bertujuan untuk melindungi anak dari semua tantangan. Sebaliknya, pola asuh ini justru mendorong anak untuk menghadapi tantangan dengan dukungan dari orangtua. Ibarat mengajari anak naik sepeda, orangtua awalnya akan membantu menahan sepeda, tetapi pada akhirnya, mereka harus melepasnya agar anak bisa melaju sendiri.
Penelitian bahkan menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh yang terlalu protektif justru lebih rentan mengalami kecemasan dan kesulitan sosial. Sebaliknya, gentle parenting mengajarkan anak untuk menghadapi kesulitan secara bertahap dengan bimbingan yang tepat.
2. Gentle Parenting Itu Permisif dan Tidak Memberikan Batasan
Banyak yang beranggapan bahwa gentle parenting terlalu lunak sehingga tidak menerapkan disiplin kepada anak. Pola asuh ini sering disalahartikan sebagai permissive parenting, di mana orangtua membiarkan anak melakukan apa pun tanpa batasan yang jelas.
Padahal, gentle parenting tetap menegakkan aturan dan disiplin, tetapi dengan cara yang lebih positif. Misalnya, jika anak mengamuk di tempat umum, orangtua bisa melakukan hal berikut:
Mengalihkan perhatian anak dengan hal yang menarik atau mengingatkan mereka tentang konsekuensi dari perilakunya.
Menetapkan batasan yang jelas, seperti memberi tahu anak bahwa perilaku tertentu tidak dapat diterima.
Memberikan konsekuensi sesuai usia, seperti mengambil mainan favorit anak jika mereka terus tantrum.
Pendekatan ini berbeda dengan pola asuh permisif, karena tetap ada aturan yang diterapkan dengan komunikasi yang jelas.
3. Gentle Parenting Berarti Orangtua Tidak Boleh Campur Tangan
Ada juga mitos yang menyebutkan bahwa gentle parenting berarti membiarkan anak mengatasi masalahnya sendiri tanpa campur tangan dari orangtua.
Pada kenyataannya, gentle parenting justru mendorong keterlibatan aktif orangtua dalam mendampingi anak. Orangtua berperan sebagai pemandu, memberikan dukungan emosional, serta menjadi contoh dalam menghadapi masalah.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan orangtua yang terlibat secara emosional memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan lebih mampu mengelola emosinya dibandingkan anak yang diabaikan.
Kesimpulan: Gentle Parenting Membangun Anak yang Tangguh
Gentle parenting bukan tentang memanjakan anak atau membiarkan mereka tumbuh tanpa disiplin. Sebaliknya, pola asuh ini mengajarkan anak untuk memahami emosi mereka, bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan menghadapi tantangan dengan cara yang sehat.
Dengan pendekatan yang tepat, gentle parenting dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mandiri, dan siap menghadapi dunia nyata. Jadi, sebelum percaya pada mitos-mitos yang beredar, penting bagi orangtua untuk memahami esensi sebenarnya dari gentle parenting.