Menguak Rahasia di Balik Kebiasaan Cebok: Air atau Tisu, Mana yang Lebih Bersih?
Tanggal: 20 Jan 2025 14:17 wib.
Tampang.com | Kebiasaan cebok masyarakat dunia ternyata sangat beragam dan dipengaruhi oleh budaya, iklim, serta pola konsumsi. Salah satu perbedaan mencolok adalah cara masyarakat Barat dan Asia membersihkan diri setelah buang air. Orang Barat lebih sering menggunakan tisu, sementara orang Asia umumnya memilih air. Perbedaan ini kerap membuat banyak orang Indonesia merasa tidak nyaman saat bepergian ke negara-negara Barat.
Sejarah Panjang Membersihkan Diri
Sejak zaman kuno, metode membersihkan diri setelah buang air sangat bervariasi. Di era ketika tisu belum ditemukan, masyarakat memanfaatkan bahan-bahan alami seperti dedaunan, rumput, batu, bahkan tangan. Kebiasaan ini juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan kondisi lingkungan.
Misalnya, masyarakat Romawi pada abad ke-6 SM menggunakan batu untuk membersihkan diri, sementara masyarakat Timur Tengah memilih air sesuai dengan ajaran agama. Riset berjudul "Toilet Hygiene in the Classical Era" (2012) mencatat bahwa penggunaan tisu toilet pertama kali justru muncul di China sebagai pengembangan dari kertas, yang juga ditemukan di sana.
Awal Mula Tisu Toilet di Dunia Barat
Jejak awal tisu toilet di dunia Barat dapat ditelusuri hingga abad ke-16. Sastrawan Prancis, Francois Rabelais, menjadi orang pertama yang menyebutkan tisu toilet dalam tulisannya, meskipun ia menganggapnya kurang efektif untuk kebersihan. Namun, popularitas tisu toilet di Barat meningkat pesat seiring dengan inovasi seperti tisu gulung yang diperkenalkan pada tahun 1890.
Menurut laporan CNN International, perkembangan industri tisu toilet ini menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Barat terus menggunakannya sebagai alat pembersih utama.
Faktor Iklim dan Kebiasaan Cebok
Salah satu penyebab utama perbedaan ini adalah faktor cuaca. Di wilayah beriklim dingin, penggunaan air dianggap kurang praktis karena cuaca yang membuat orang enggan bersentuhan dengan air. Sebaliknya, masyarakat tropis yang terbiasa dengan suhu hangat merasa lebih nyaman menggunakan air. Bahkan, di negara tropis, cebok dengan air dianggap memberikan rasa segar dan bersih.
Selain itu, pola makan juga memengaruhi kebiasaan cebok. Orang Barat yang cenderung mengonsumsi makanan rendah serat menghasilkan kotoran yang lebih sedikit dan kering, sehingga cukup dibersihkan dengan tisu. Sebaliknya, masyarakat Asia, Afrika, dan sebagian Eropa yang makanannya kaya serat menghasilkan kotoran yang lebih banyak dan membutuhkan air untuk pembersihan yang optimal.
Air vs Tisu: Mana yang Lebih Bersih?
Meski tisu toilet sudah menjadi kebiasaan yang mengakar di masyarakat Barat, berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa membersihkan diri menggunakan air lebih efektif dalam menghilangkan bakteri dan kuman. Air dapat membersihkan kotoran secara menyeluruh, sementara tisu sering kali meninggalkan residu.
Menguak Rahasia di Balik Kebiasaan Cebok: Air atau Tisu, Mana yang Lebih Bersih?Namun, kebiasaan yang sudah mengakar lintas generasi membuat sulit untuk mengubah pola ini. Di negara-negara Barat, tisu toilet tidak hanya dianggap cukup higienis, tetapi juga lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.
Budaya yang Membentuk Kebiasaan
Penggunaan tisu toilet atau air sebenarnya bukan sekadar persoalan kebersihan, tetapi juga refleksi budaya dan lingkungan. Masyarakat tropis lebih cenderung memilih air karena kebiasaan yang dipengaruhi oleh iklim serta ajaran agama seperti Islam dan Hindu. Sementara itu, masyarakat beriklim dingin merasa lebih nyaman dengan tisu.
Pada akhirnya, baik menggunakan air maupun tisu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, fakta menunjukkan bahwa air adalah cara yang lebih higienis untuk membersihkan diri.