Mengenali Perbedaan GERD, Refluks Asam, dan Heartburn
Tanggal: 15 Mar 2025 13:30 wib.
Tampang.com | Banyak orang sering kali merasa bingung dengan istilah-istilah seperti refluks asam (acid reflux), heartburn, dan GERD (Penyakit Refluks Gastroesofagus). Ketiga istilah ini sering dipakai secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami. memahami dengan jelas perbedaan antara refluks asam, heartburn, dan GERD adalah langkah awal yang krusial, terutama saat mencari pengobatan yang tepat.
Refluks Asam
Refluks asam adalah suatu kondisi ketika asam lambung kembali naik ke esofagus, yang dalam istilah medis disebut kerongkongan. Walau tubuh biasanya memiliki mekanisme untuk mencegah hal ini, mekanisme tersebut bisa terganggu ketika katup sphincter esofagus bagian bawah (LES) melemah atau tidak berfungsi dengan optimal. Akibatnya, asam lambung bisa naik, menyebabkan ketidaknyamanan dan sensasi terbakar yang dikenal dengan istilah heartburn.
Dikutip dari sumber medis terkemuka, seperti Pfizer, isi perut yang meliputi asam lambung dapat naik kembali ke kerongkongan, menimbulkan rasa terbakar dan tidak nyaman. Walaupun refluks asam dapat terjadi pada siapapun dari sesekali, frekuensi yang tinggi menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. Jenis makanan tertentu seperti makanan berlemak, pedas, alkohol, dan kebiasaan makan yang buruk bisa memicu terjadinya refluks asam. Mengubah gaya hidup, seperti menjaga pola makan dan tidak berbaring setelah makan, biasanya dapat membantu mengatasi masalah ini.
Heartburn
Heartburn adalah gejala umum yang muncul sebagai akibat dari refluks asam. Sensasi terbakar ini dapat terasa di dada atau tenggorokan dan seringkali terjadi setelah makan atau ketika berbaring. Pada beberapa orang, heartburn menjadi lebih parah akibat makanan tertentu atau kebiasaan sehari-hari yang tidak sehat. Meski heartburn tidak selalu menjadi tanda serius, munculnya gejala ini secara berulang bisa jadi alamat persoalan yang lebih dalam.
Gejala heartburn dapat mereda baik dengan pengobatan antasida atau perubahan pola hidup. Namun, jika terulang secara terus-menerus, bisa menjadi tanda adanya masalah pencernaan yang lebih serius. Terkadang, sensasi nyeri ini juga dapat disalahartikan sebagai tanda serangan jantung, sehingga penting bagi penderita untuk memperhatikan dengan baik gejala yang muncul.
GERD
Di sisi lain, GERD atau Gastroesophageal reflux disease adalah bentuk refluks asam yang lebih parah dan bersifat kronis. Jika seseorang mengalami refluks asam lebih dari dua kali dalam seminggu atau merasakan kerusakan pada esofagus, maka kemungkinan besar itu adalah GERD. Pada penderita GERD, asam lambung dapat naik ke esofagus secara berulang, yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pada lapisan kerongkongan.
Menurut Medline Plus, GERD dapat terjadi saat katup di bagian bawah esofagus mengendur atau tidak menutup dengan benar. Selain heartburn, gejala lain yang dapat dialami penderita GERD termasuk kesulitan menelan, batuk kronis, nyeri dada, hingga kerusakan gigi karena asam lambung yang mengikis enamel gigi. Jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat memicu komplikasi yang lebih serius seperti kanker esofagus.
Penyebab utama GERD sering kali terkait dengan mekanisme tubuh yang lemah, seperti katup LES yang tidak berfungsi baik. Selain itu, faktor-faktor seperti obesitas, kehamilan, merokok, dan konsumsi alkohol dapat memperburuk kondisi ini. Tanpa penanganan yang tepat, GERD dapat menyebabkan masalah yang lebih serius seperti ulkus, peradangan, atau penyempitan esofagus, yang semuanya dapat membuat penderita sangat kesulitan dalam menelan.
Perbedaan Utama Ketiganya
Secara garis besar, perbedaan antara ketiga kondisi ini terletak pada frekuensi dan dampak kesehatannya. Refluks asam merupakan kondisi yang bisa dialami oleh siapa saja secara sporadis, sementara heartburn adalah gejala spesifik yang muncul akibat refluks asam. Sebaliknya, GERD adalah tipe refluks asam yang lebih kronis dan serius. Jika heartburn terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu atau tidak dapat diatasi dengan obat-obatan umum, itu bisa menandakan adanya GERD.
Untuk kasus yang tidak terlalu serius, baik refluks asam maupun heartburn dapat dikelola melalui perubahan gaya hidup yang sederhana, pengobatan antasida, atau penghambat produksi asam. Namun, untuk GERD yang lebih rumit, mungkin diperlukan intervensi yang lebih mendalam, termasuk pengobatan resep atau prosedur medis. Jika gejala-gejala ini terus berlanjut, adalah bijak untuk berkonsultasi dengan dokter agar diagnosis dan penanganan yang tepat dapat dilakukan. Hal ini akan sangat membantu dalam mencegah komplikasi yang lebih mendalam dan meningkatkan kualitas hidup penderita.