Mengenal Lebih Dekat "Si Toxic": Akar Penyebab Sifat Toxic
Tanggal: 20 Nov 2024 20:19 wib.
Sebagian besar dari kita sudah akrab dengan istilah "toxic" ketika mendengar tentang sifat-sifat negatif yang dapat merugikan orang lain di sekitar kita. Namun, apa sebenarnya yang membuat seseorang memiliki perilaku toksik? Mengapa ada individu yang cenderung memancarkan energi negatif yang membuat orang lain merasa terganggu? Dikutip dari Get Healing, pada dasarnya, orang dengan sifat toksik mungkin memiliki sisi baik pada diri mereka, namun hal ini tertutup oleh perilaku negatif yang mereka tunjukkan, sehingga menjauhkan orang-orang yang peduli pada mereka.
1. Sifat Bawaan
Penelitian yang dilakukan oleh The Behavioral Genetics of the Dark Triad Core Versus Unique Trait Components: A Pilot Study menunjukkan bahwa sifat-sifat negatif secara genetik setidaknya sebagian besar dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Hal ini menandakan bahwa orang dengan orang tua yang memiliki sifat toksik lebih mungkin untuk memiliki karakteristik yang serupa.
Selain itu, riset lain juga menyatakan bahwa sifat-sifat kepribadian secara keseluruhan dapat diwariskan secara tidak langsung. Oleh karena itu, faktor genetik juga memiliki peran dalam menentukan kecenderungan seseorang untuk mengembangkan sifat toksik
2. Pengaruh Lingkungan
Tidak hanya faktor genetik yang berkontribusi terhadap kepribadian seseorang, lingkungan juga dapat memiliki pengaruh yang signifikan. Sebuah studi yang berjudul Narcissistic Traits in Young People: Understanding the Role of Parenting and Maltreatment menemukan bahwa perlakuan yang terlalu protektif, pujian berlebihan, atau perlakuan berlebihan di masa kanak-kanak dapat menjadi faktor yang memengaruhi perkembangan sifat-sifat narsistik dan perasaan berhak.
Di sisi lain, ada juga individu yang memiliki sifat-sifat toksik karena mengalami trauma masa lalu. Kesulitan dalam mengelola stres dan kedukaan dapat menghasilkan gejala toksisitas terhadap orang lain.
3. Kondisi Kesehatan Mental
Meskipun tidak semua orang dengan sifat toksik memiliki gangguan kesehatan mental, bagi sebagian individu, kondisi seperti gangguan kepribadian, gangguan bipolar, atau gangguan stres pascatrauma dapat menjadi faktor utama dari perilaku toksik tersebut. Gejala seperti kemarahan yang tiba-tiba, keinginan akan pujian, mudah marah, dan kesombongan dapat menjadi indikasi dari kondisi kesehatan mental.
4. Mendapatkan Apa yang Diinginkan
Meskipun hal ini bukan merupakan akar penyebab dari perilaku toksik, namun bisa menjadi salah satu alasan mengapa perilaku ini terus berlanjut. Terkadang, kita melihat bahwa individu yang kejam, egois, dan manipulatif justru berhasil dalam karier dan keuangan. Meskipun kinerja mereka tidak lebih baik, individu dengan sifat toksik justru lebih mungkin untuk menerima gaji yang lebih tinggi dan dipromosikan ke posisi kepemimpinan.
Hal ini dikarenakan kemampuan mereka dalam memanipulasi orang lain atau berperilaku curang untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Maka dari itu, penting untuk memahami bahwa sifat toksik bisa berasal dari berbagai penyebab, entah itu faktor genetik, lingkungan, kondisi kesehatan mental, atau motif di balik perilaku toksik yang mendorong seseorang untuk terus mempertahankan perilaku tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor ini, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam menangani individu dengan sifat toksik serta mencegah dampak negatifnya terhadap lingkungan sekitar.