Sumber foto: Canva

Mengapa Program Diet Sering Kali Gagal Total?

Tanggal: 17 Jul 2025 12:50 wib.
Banyak dari kita pasti pernah mencoba program diet. Niatnya mulia, ingin berat badan ideal, tubuh lebih sehat, atau sekadar merasa lebih bugar. Tapi, kenyataannya, tidak sedikit yang justru menyerah di tengah jalan atau bahkan kembali ke pola makan lama setelah beberapa waktu. Kegagalan diet ini bukan cuma soal kurangnya tekad, tapi seringkali ada beberapa faktor mendasar yang luput dari perhatian. Ini bukan tentang siapa yang paling kuat menahan godaan, melainkan tentang pendekatan yang seringkali salah sejak awal.

Ekspektasi yang Tidak Realistis dan Pendekatan Ekstrem

Salah satu penyebab paling umum kegagalan diet adalah ekspektasi yang tidak realistis. Banyak orang berharap penurunan berat badan yang drastis dalam waktu singkat. Iklan-iklan diet instan atau cerita sukses yang dibesar-besarkan seringkali memicu harapan palsu ini. Padahal, penurunan berat badan yang sehat dan berkelanjutan itu prosesnya perlahan. Ketika hasil yang diharapkan tidak tercapai secepat kilat, motivasi langsung runtuh, dan diet pun kandas.

Ditambah lagi, banyak yang memilih pendekatan diet ekstrem. Ini bisa berupa memangkas kalori secara drastis, menghindari seluruh kelompok makanan tertentu (karbohidrat atau lemak sepenuhnya), atau hanya mengonsumsi satu jenis makanan saja. Diet semacam ini memang bisa menunjukkan hasil cepat di awal, tapi sangat sulit dipertahankan dalam jangka panjang. Tubuh akan merespons dengan rasa lapar ekstrem, kekurangan nutrisi, dan bahkan penurunan metabolisme. Ujung-ujungnya, tubuh "membalas dendam" dengan keinginan makan yang tak tertahankan, menyebabkan binge eating dan berat badan kembali naik, bahkan lebih dari sebelumnya.

Kurangnya Pengetahuan Nutrisi dan Perencanaan Makanan

Banyak orang memulai diet tanpa pengetahuan nutrisi yang memadai. Mereka hanya fokus pada "makan sedikit" tanpa memahami komposisi gizi makanan yang dikonsumsi. Akibatnya, tubuh kekurangan nutrisi penting, padahal nutrisi itu krusial untuk fungsi tubuh yang optimal dan menjaga metabolisme tetap berjalan. Misalnya, mereka menghindari lemak padahal ada lemak sehat yang justru penting untuk diet. Atau, memangkas protein yang padahal sangat vital untuk mempertahankan massa otot saat diet.

Selain itu, kurangnya perencanaan makanan juga jadi masalah besar. Tanpa rencana makan yang jelas, sangat mudah tergoda untuk membeli makanan instan atau kurang sehat saat lapar melanda dan waktu terbatas. Diet bukan cuma soal mengurangi porsi, tapi juga memilih makanan yang tepat dan mengaturnya secara teratur. Ini termasuk menyiapkan bekal, membuat daftar belanja sehat, dan menentukan jadwal makan agar tidak ada momen kelaparan yang memicu pola makan impulsif.

Stres, Emosi, dan Pola Tidur yang Buruk

Faktor psikologis dan gaya hidup juga berperan besar dalam kegagalan diet. Stres dan emosi negatif seringkali menjadi pemicu emotional eating, yaitu makan sebagai bentuk pelarian dari perasaan tidak nyaman. Saat stres, tubuh juga bisa melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan dan penumpukan lemak. Diet yang terlalu ketat justru bisa menambah stres, menciptakan lingkaran setan di mana stres memicu makan berlebih, yang kemudian menyebabkan kegagalan diet, dan berujung pada stres lagi.

Pola tidur yang buruk juga memiliki dampak signifikan. Kurang tidur dapat mengganggu hormon pengatur nafsu makan, yaitu leptin (hormon kenyang) dan ghrelin (hormon lapar). Saat kurang tidur, ghrelin meningkat dan leptin menurun, membuat kita merasa lebih lapar dan cenderung menginginkan makanan tinggi kalori dan gula. Kurang tidur juga bisa mengurangi energi untuk berolahraga, semakin memperparah kondisi diet.

Mengabaikan Aktivitas Fisik dan Lingkungan yang Tidak Mendukung

Diet bukanlah satu-satunya kunci penurunan berat badan atau kesehatan. Mengabaikan aktivitas fisik adalah kesalahan umum. Olahraga tidak hanya membakar kalori, tetapi juga membangun massa otot (yang meningkatkan metabolisme), mengurangi stres, dan meningkatkan mood. Diet tanpa olahraga seringkali menghasilkan penurunan berat badan yang lambat dan tubuh yang kurang kencang.

Lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh. Jika lingkungan tidak mendukung (misalnya, dikelilingi teman atau keluarga yang tidak mendukung diet, atau sering terpapar makanan tidak sehat), sangat sulit untuk mempertahankan komitmen. Godaan ada di mana-mana, dan dukungan sosial justru bisa menjadi pendorong utama keberhasilan atau kegagalan sebuah diet. Lingkungan yang kondusif, baik di rumah maupun di kantor, dapat membuat perjalanan diet terasa lebih mudah dan menyenangkan.

Diet yang berkelanjutan bukan hanya soal memangkas kalori, tetapi tentang perubahan gaya hidup secara menyeluruh, termasuk pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, manajemen stres, tidur cukup, dan dukungan sosial. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved