Sumber foto: Canva

Mengapa Manusia Suka Mengoleksi Barang yang Tidak Terpakai?

Tanggal: 28 Agu 2025 14:08 wib.
Tengoklah isi rumah kita, mungkin tersimpan berbagai benda yang tidak lagi digunakan. Ada tumpukan majalah edisi lama, cangkir suvenir dari acara tahun lalu, atau pakaian yang sudah tidak muat tapi tetap disimpan di lemari. Kebiasaan mengoleksi barang yang tampaknya tidak memiliki nilai fungsional ini adalah fenomena umum yang terjadi di mana saja. Lebih dari sekadar menimbun barang, kebiasaan ini sebenarnya berhubungan erat dengan psikologi, memori, dan identitas diri.

Nilai Emosional di Balik Barang Mati

Secara logika, barang yang tidak terpakai seharusnya dibuang untuk memberi ruang. Namun, manusia seringkali punya ikatan emosional yang kuat dengan benda mati. Sebuah tiket bioskop dari kencan pertama atau kartu ucapan dari teman lama bisa jadi benda yang tidak lagi berfungsi, tapi punya nilai sentimental yang tak ternilai harganya. Benda-benda ini berfungsi sebagai penanda memori yang membantu kita mengenang momen penting dalam hidup.

Psikologi menyebut fenomena ini sebagai eksternalisasi memori. Otak kita tidak bisa menyimpan setiap detail pengalaman, jadi kita menggunakan benda-benda fisik sebagai jangkar untuk memicu ingatan. Saat melihat kembali benda-benda ini, kita tidak hanya melihat objeknya, tapi juga merasakan kembali emosi, suasana, dan cerita di baliknya. Melepas benda-benda ini bisa terasa seperti melepaskan sebagian dari ingatan atau identitas kita.

Mencari Rasa Aman dan Kontrol

Dalam dunia yang serba tidak pasti, memiliki benda-benda di sekitar kita bisa memberikan rasa aman dan kontrol. Mengoleksi barang bisa menjadi cara bawah sadar untuk menciptakan semacam "cadangan" untuk masa depan. Pemikiran seperti "siapa tahu suatu hari nanti barang ini akan berguna" atau "barang ini bisa jadi mahal di masa depan" adalah bentuk pertahanan diri dari ketidakpastian.

Selain itu, menimbun benda juga bisa menjadi cara untuk merasa lebih berkuasa atas lingkungan kita. Di tengah hiruk pikuk kehidupan, memiliki tumpukan barang yang kita atur sendiri bisa memberikan ilusi bahwa kita masih memegang kendali. Kondisi ini bisa menjadi cara untuk mengurangi kecemasan atau stres, meskipun dalam jangka panjang, kekacauan yang timbul justru bisa menambah beban mental.

Identitas Diri dan Pembangunan Cerita

Benda-benda yang kita simpan juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas diri. Apa yang kita kumpulkan dan tampilkan di rumah atau di ruang pribadi kita bisa menceritakan kisah tentang siapa kita, apa yang kita sukai, dan dari mana kita berasal. Sebuah rak buku yang penuh dengan novel klasik, koleksi piringan hitam, atau suvenir dari berbagai perjalanan bisa menunjukkan minat dan pengalaman seseorang.

Mengoleksi barang bisa menjadi cara untuk mengekspresikan diri dan membangun narasi personal. Objek-objek ini menjadi representasi fisik dari hobi, pencapaian, atau bahkan impian yang kita miliki. Dengan begitu, barang tidak lagi sekadar benda, melainkan bagian dari diri kita yang termanifestasi secara fisik. Melepaskan barang-barang ini bisa terasa seperti menghapus sebagian dari narasi pribadi tersebut, sebuah proses yang tidak mudah untuk dilakukan.

Kecenderungan Kolektor: Antara Hobi dan Gangguan

Pada sebagian orang, kebiasaan mengoleksi ini bisa berkembang menjadi hobi yang terorganisir. Mereka mengoleksi perangko, koin kuno, atau barang antik dengan tujuan spesifik. Hobi ini bisa memberikan rasa pencapaian, kepuasan, dan koneksi sosial dengan sesama kolektor. Namun, ada juga kasus di mana kebiasaan ini bisa menjadi ekstrim, dikenal sebagai gangguan penimbunan (hoarding disorder).

Orang dengan gangguan penimbunan merasa sangat sulit untuk membuang barang, terlepas dari nilai atau kegunaannya. Mereka mengalami kecemasan yang luar biasa saat harus berpisah dengan barang-barang, yang akhirnya menumpuk dan membuat ruang hidup mereka tidak layak. Gangguan ini jauh lebih serius dan membutuhkan penanganan profesional, karena ini bukan lagi tentang hobi, melainkan masalah kesehatan mental yang serius.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved