Sumber foto: google

Mengapa Lansia Bergerak Lambat Saat Semakin Tua?

Tanggal: 25 Jun 2024 11:55 wib.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tubuh manusia secara alami akan bergerak lebih lambat seiring bertambahnya usia, apalagi memasuki masa lansia. Hal ini seringkali menimbulkan pertanyaan mengapa hal ini terjadi dan apakah terdapat hubungan dengan kondisi kesehatan tertentu.

Kini, para peneliti dari University of Colorado Boulder, mencapai temuan baru, bahwa orang dewasa yang lebih tua mungkin bergerak lebih lambat karena mereka menghabiskan lebih banyak energi untuk melakukan hal tersebut dibandingkan orang dewasa yang lebih muda. Orang lanjut usia memperlambat gerakan mereka untuk menghemat energi.

Para ilmuwan percaya penelitian baru ini, yang diterbitkan dalam jurnal The Journal of Neuroscience, dapat membantu menghasilkan alat diagnostik baru untuk penyakit seperti penyakit Parkinson dan multiple sclerosis.

Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 84 partisipan sehat, termasuk orang dewasa muda berusia 18 hingga 35 tahun, dan orang lanjut usia (lansia) berusia 66 hingga 87 tahun.

Selama penelitian, peserta diminta meraih target di layar sambil memegang lengan robot di tangan kanan mereka. Lengan robotik ini beroperasi mirip seperti mouse komputer. Melalui analisis pola bagaimana peserta penelitian melakukan jangkauannya, para ilmuwan menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua memodifikasi gerakan mereka pada waktu-waktu tertentu untuk membantu menghemat jumlah energi mereka yang lebih terbatas, dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda.

“Seiring bertambahnya usia, sel-sel otot kita mungkin menjadi kurang efisien dalam mengubah energi menjadi kekuatan otot dan akhirnya bergerak,” kata penulis penelitian ini, Alaa A. Ahmed, yang juga seorang profesor di Departemen Teknik Mesin Paul M. Rady di Fakultas Teknik dan Sains Terapan, University of Colorado Boulder di AS.

Ahmed dan timnya juga ingin melihat bagaimana penuaan dapat memengaruhi reward circuitry atau sirkuit sistem penghargaan di otak, karena tubuh memproduksi lebih sedikit dopamin seiring bertambahnya usia. Sirkuit sistem penghargaan adalah sekelompok struktur saraf yang bertanggung jawab dalam mendefinisikan arti-penting, pembelajaran asosiatif, dan emosi bervalensi positif, terutama yang melibatkan kesenangan sebagai komponen inti.

Dalam praktik penelitian, peserta diminta menggunakan lengan robot untuk mengoperasikan kursor di layar komputer. Tujuannya adalah untuk mencapai target tertentu di layar. Jika berhasil mencapai target, peserta akan diberi hadiah berupa suara “bing”.

Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa muda dan tua mencapai target lebih cepat ketika mereka tahu mereka akan mendengar “bing”.

Namun, para ilmuwan mengatakan mereka mencapai hal ini dengan cara yang berbeda. Orang dewasa yang lebih muda hanya menggerakkan lengan mereka lebih cepat sementara orang dewasa yang lebih tua meningkatkan waktu reaksi mereka, memulai jangkauan mereka dengan lengan robot rata-rata sekitar 17 milidetik lebih cepat.

Para peneliti yakin temuan mereka dapat membantu menghasilkan alat diagnostik baru untuk gangguan terkait gerakan.

"Perlambatan pergerakan seiring bertambahnya usia dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup kita,” jelas Ahmed, kepada Medical News Today. "Selain itu, perlambatan pergerakan tidak hanya terjadi seiring bertambahnya usia tetapi merupakan gejala dari sejumlah gangguan neurologis."

Setelah meninjau penelitian ini, Clifford Segil, seorang ahli saraf di Providence Saint John's Health Center di Santa Monica, California, mengatakan dia setuju dengan penelitian yang menganjurkan agar seseorang terus berolahraga seiring bertambahnya usia, meskipun diperlukan lebih banyak energi untuk melakukan aktivitas yang sama. Oleh karenanya sangat penting dipupuk sejak masih muda.

“Pepatah saya dalam memperlakukan pasien lanjut usia adalah, ‘Jika Anda tidak menggunakannya, Anda akan kehilangannya!’” kata Segil. “Saya setuju bahwa mendorong pasien lanjut usia untuk beraktivitas memiliki banyak manfaat kesehatan, sesuai dengan pendapat penulis makalah ini.”

"Saya ingin melihat EEG (electroencephalogram) yang dilakukan bersamaan pada peserta penelitian ini untuk menentukan apakah aktivitas otak mereka ikut melambat atau meningkat selama aktivitas ini untuk mendukung klaim penulis," tambahnya.

Para peneliti dan ahli saraf lain mengharapkan ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih dalam soal penuaan, gerakan yang melambat, dan hubungannya dengan otak.

Menurut data dari World Health Organization, jumlah lansia di Indonesia terus meningkat, mencapai 26,9 juta pada tahun 2020. Dengan meningkatnya jumlah lansia, penting untuk memahami bahwa gerakan yang melambat di usia lanjut bisa menjadi gejala yang perlu perhatian lebih dalam terkait kesehatan dan kualitas hidup.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved