Sumber foto: iStock

Mengapa Januari Terasa Begitu Lama? Penjelasan Ilmiah yang Mengejutkan!

Tanggal: 23 Jan 2025 09:01 wib.
Januari seringkali dianggap sebagai bulan yang terasa paling panjang sepanjang tahun. Banyak orang mengeluhkan betapa lambatnya waktu berlalu di bulan ini. Namun, fenomena ini ternyata bukan hanya perasaan semata. Para ilmuwan menemukan bahwa ada penjelasan ilmiah dibalik kesan ini, yang berakar pada cara otak manusia memproses waktu.

William Skylark, peneliti dari University of Cambridge, mengungkapkan bahwa persepsi waktu adalah faktor utama yang membuat Januari terasa begitu lambat. Setiap individu memiliki sistem jam internal yang berbeda, dan sistem ini dipengaruhi oleh berbagai hal. Sebagai contoh, liburan yang menyenangkan membuat waktu terasa berlalu dengan cepat, sedangkan pengalaman yang menegangkan seperti menonton film horor justru membuat waktu terasa lebih lama.

Menurut Skylark, bulan Januari seringkali diwarnai oleh kembalinya orang-orang ke rutinitas setelah menikmati liburan Natal dan Tahun Baru yang penuh kesenangan. Hal ini menciptakan rasa bosan yang memperlambat persepsi waktu. “Ketika kita kembali ke pekerjaan dan tanggung jawab, terutama setelah periode yang menyenangkan, waktu terasa melambat,” ujar Zhenguang Cai, mahasiswa doktoral di University College London yang meneliti persepsi waktu.

Sebagai tambahan, hipotesis yang disebut "jam dopamin" memberikan penjelasan lebih lanjut. Dopamin adalah hormon yang memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat jam internal tubuh. Ketika tingkat dopamin meningkat—misalnya saat seseorang merasa senang—waktu terasa berlalu lebih cepat. Sebaliknya, pada bulan Januari, di mana kesenangan berkurang dan rutinitas kembali mendominasi, kadar dopamin cenderung lebih rendah. Akibatnya, waktu terasa berjalan lebih lambat.

Dopamin juga berkaitan dengan motivasi, penghargaan, dan emosi positif lainnya. Ketika kadar hormon ini menurun, kita lebih cenderung merasa lesu dan kurang antusias, yang semakin memperkuat kesan lambatnya waktu di bulan Januari.

Faktor lain yang turut berkontribusi adalah kesadaran terhadap waktu. Pada bulan Januari, kebanyakan orang tidak memiliki acara besar atau perayaan yang dinanti-nanti seperti di bulan Desember. Ketika tidak ada sesuatu yang diharapkan, kita menjadi lebih sadar akan setiap detik yang berlalu. Kesadaran ini memperkuat persepsi bahwa waktu berjalan sangat lambat.

Selain itu, manusia juga memiliki kemampuan yang buruk dalam menilai durasi waktu. Ketika kita menganggap sesuatu berlangsung lebih lama, keluhan dan perasaan negatif terhadap hal tersebut cenderung meningkat. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa frustrasi dengan lamanya bulan Januari.

Jika disimpulkan, alasan mengapa Januari terasa begitu panjang dapat dirangkum dalam tiga poin utama:


Kesadaran terhadap waktu: Tanpa sesuatu yang ditunggu-tunggu, kita menjadi lebih fokus pada berlalunya waktu.
Kembalinya rutinitas: Transisi dari liburan penuh kebahagiaan ke rutinitas yang menantang membuat waktu terasa melambat.
Peran hormon dopamin: Kadar dopamin yang lebih rendah di bulan ini memperlambat persepsi waktu.


Fenomena ini bukan hanya sekedar teori, tetapi menjadi bukti bahwa persepsi kita terhadap waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan biologis. Menariknya, persepsi ini bisa dimodifikasi. Menambahkan kegiatan menyenangkan atau mencoba hal baru di bulan Januari dapat membantu mempercepat “jam internal” tubuh, sehingga waktu terasa berlalu lebih cepat.

Jadi, jika Anda merasa Januari terlalu lama, itu bukan hanya imajinasi Anda. Otak Anda memang memproses waktu secara berbeda tergantung pada pengalaman dan kondisi emosi Anda. Namun, dengan menyadari hal ini, Anda dapat mencoba mengubah persepsi tersebut dengan lebih banyak kegiatan yang membawa kebahagiaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved