Mengambil Jeda Saat Kelelahan Kerja Melanda

Tanggal: 4 Agu 2025 11:35 wib.
Kelelahan akibat pekerjaan, atau yang dikenal dengan istilah burnout, merupakan sebuah kondisi serius yang melibatkan kelelahan emosional, fisik, dan mental. Menurut A. Kasandra Putranto, seorang psikolog klinis dari Universitas Indonesia, kondisi ini biasanya disebabkan oleh stres berkepanjangan di tempat kerja. Ketika tuntutan yang tinggi dalam pekerjaan tidak diimbangi dengan dukungan dan sumber daya yang cukup, risiko untuk mengalami burnout semakin besar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah mengklasifikasikan burnout sebagai sindrom yang terjadi akibat manajemen stres kerja yang tidak efektif. Tanda-tanda burnout ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori penting. Pertama, burnout fisik. Penderita sering merasakan kelelahan yang terus menerus, mengalami gangguan tidur, dan berisiko tinggi untuk mudah sakit. 

Kedua adalah burnout psikologis, di mana individu merasa kehilangan motivasi, tidak dihargai, dan lebih mudah marah. Ketiga, adalah burnout yang berkaitan dengan perilaku kerja, yang ditandai dengan penurunan produktivitas, sikap skeptis terhadap pekerjaan, serta peningkatan frekuensi ketidakhadiran. 

Untuk mencegah terjadinya burnout, Kasandra menggarisbawahi pentingnya mengenali tanda-tanda awal dari kondisi ini. Upaya pencegahan bisa dimulai dengan meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental, melakukan pemeriksaan psikologis secara berkala, serta melakukan deteksi dini terhadap gejala-gejala stres. Mengatur waktu dan beban kerja juga menjadi kunci. Dengan cara menetapkan tenggat waktu kerja yang jelas, menghindari multitasking yang berlebihan, dan memberi prioritas pada tugas-tugas penting, individu dapat mengurangi risiko kelelahan.

Selain itu, pengembangan diri dan peningkatan kompetensi juga sangat dianjurkan. Ikuti pelatihan untuk meningkatkan rasa percaya diri serta efektivitas kerja, sambil mencari tantangan yang selaras dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing individu. 

Dukungan sosial yang kuat dapat dibangun melalui komunikasi yang baik dengan rekan kerja dan atasan. Terlibat dalam kelompok atau komunitas positif juga dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan mental. Kasandra juga tidak lupa menyoroti pentingnya menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, yang sering kali disebut dengan istilah work-life balance. Sisihkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga, serta luangkan waktu untuk relaksasi melalui aktivitas seperti olahraga, hobi, dan meditasi.

Selain langkah-langkah pencegahan, Kasandra memberikan wawasan tentang cara mengatasi burnout ketika seseorang sudah mengalaminya. Salah satu solusinya adalah memastikan bahwa seseorang mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan memberi diri mereka jeda dari pekerjaan. Dia menyarankan untuk mengambil cuti ketika diperlukan demi pemulihan mental dan fisik.

Jika situasi ini sudah sulit dihadapi sendiri, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor. Mereka dapat membantu mengelola stres secara lebih profesional dan menawarkan terapi seperti mindfulness, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), atau teknik penanganan lainnya yang dirancang khusus untuk menangani burnout.

Bagi mereka yang merasakan bahwa pekerjaan saat ini tidak lagi mencerminkan tujuan dan nilai pribadi, penting untuk melakukan evaluasi kembali terhadap komitmen karier. Pertimbangkan untuk berbicara secara terbuka dengan atasan mengenai beban kerja yang berlebihan, dan diskusikan alternatif solusi, seperti pembagian tugas atau fleksibilitas jadwal kerja.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved