Kontak Erat di Lingkungan Rumah: Faktor Kuat Penularan TBC pada Anak
Tanggal: 26 Jul 2024 12:06 wib.
Dokter spesialis respirologi anak konsultan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Wahyuni Indawati Sp.A(K), menyatakan bahwa kontak erat di lingkungan rumah menjadi faktor risiko paling kuat terhadap penularan tuberkulosis (TBC) pada anak. Menurutnya, hal ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan penularan TBC pada anak, terutama dalam kasus-kasus yang terkait dengan kontak di rumah atau di lingkungan terdekat.
Wahyuni menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mikroorganisme atau mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menular melalui droplet atau percikan yang dihasilkan ketika penderita TBC aktif melakukan aktivitas seperti batuk, bersin, dan berbicara. Penularan kuman TBC ini dapat terjadi jika orang di sekitarnya, termasuk anak-anak, menghirup kuman yang membawa penyakit ini.
Menurut Wahyuni, sebanyak 90 persen kuman TBC dapat masuk ke saluran napas dan akhirnya mencapai paru-paru. Ini memiliki dampak yang signifikan pada anak-anak, terutama yang memiliki daya tahan tubuh yang belum optimal. Kuman TBC yang masuk ke tubuh anak-anak ini dapat menyebar ke seluruh tubuh dan organ lainnya, seperti otak, ginjal, mata, dan tulang, menyebabkan penyakit yang seringkali menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian.
Wahyuni juga mengungkapkan bahwa seseorang yang tengah menjalani pengobatan intensif TBC atau telah melakukan pemeriksaan dahak dengan hasil positif TBC berisiko tinggi untuk menularkan kuman TBC di lingkungan rumah. Selain itu, orang yang didiagnosis memiliki bercak di paru saat rontgen meskipun tidak memiliki gejala batuk juga perlu dicurigai sebagai pembawa kuman tuberkulosis yang dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain di sekitarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Wahyuni menyarankan untuk segera melakukan skrining kepada seluruh anggota keluarga jika salah satu anggota keluarga terdiagnosis menderita TBC aktif. Skrining ini penting untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga lain yang terinfeksi TBC, bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala penyakit TBC tetapi memiliki risiko tertular atau menularkan penyakit ini.
Selain itu, Wahyuni juga menegaskan bahwa gejala TBC pada anak yang perlu dicurigai setelah kontak dengan orang yang terdiagnosis TBC aktif antara lain adalah batuk yang tidak sembuh lebih dari dua pekan, demam tidak tinggi selama dua minggu, penurunan berat badan, atau kesulitan menaikkan berat badan. Oleh karena itu, pemantauan dan skrining terhadap anggota keluarga yang berisiko terpapar TBC sangat penting untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit ini.