Kisah Mega Savitri Hadapi PHK: Terpuruk di Usia 28, Bangkit Hingga Jadi Lead Designer
Tanggal: 12 Mei 2025 22:32 wib.
Tampang.com | Bagi sebagian orang, kehilangan pekerjaan di usia muda mungkin bisa menjadi momentum untuk mencari peluang baru. Namun, tidak demikian bagi Mega Savitri. Di usianya yang menginjak 28 tahun, ia sempat merasa hidupnya hancur ketika harus menerima kenyataan pahit: di-PHK setelah bertahun-tahun mengabdi di sebuah klinik besar yang dikenal sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia.
Tak Menyangka PHK Datang dari Perusahaan Stabil
Mega awalnya merasa aman bekerja di industri bioteknologi, yang selama ini dikenal stabil dan terus membutuhkan tenaga profesional. Maka ketika kontraknya baru saja diperpanjang dan tiba-tiba ia harus meninggalkan perusahaan, keterkejutan itu berlipat ganda.
“Orang bilang kalau kerja di bidang health atau bioteknologi aman, tapi ternyata aku tetap kena PHK. Waktu itu benar-benar tiba-tiba,” ungkap Mega saat diwawancarai Kompas.com.
Usia Jadi Beban Mental: “Di Atas 25 Sudah Jompo”
Yang membuat Mega semakin terpuruk adalah anggapan sosial soal usia dalam dunia kerja. Di usianya yang ke-28, ia merasa seolah terlalu tua untuk bersaing di pasar tenaga kerja Indonesia.
“Sempet down banget karena umur aku udah 28. Di Indonesia, katanya kalau udah 25 tuh udah susah cari kerja, dianggap jompo,” ujarnya jujur.
Bangkit, Lalu Terpukul Lagi
Nasib baik sempat menghampiri Mega di tahun 2022. Ia mendapatkan tawaran kerja dari perusahaan bioteknologi lain tanpa harus melamar. Saat itu, ia merasa semangatnya kembali pulih. Namun, masa indah itu tak bertahan lama.
“Tahun 2023, semua orang di divisi aku kena PHK. Aku satu divisi beauty, dan semua di-lay off. Jadi bukan aku doang yang kena,” tuturnya.
Berjuang di Negeri Orang: 1.000 Lamaran, Hanya 10 Panggilan
Saat Mega dan suaminya pindah ke Spanyol untuk memulai hidup baru, tantangan lain kembali muncul. Sulitnya mencari kerja di luar negeri membuatnya terjebak dalam kondisi mental yang memburuk. Selama hampir setahun, ia tidak memiliki pekerjaan tetap dan merasa depresi.
“Waktu pindah ke Spanyol itu susah banget cari kerja. Aku kirim lamaran ke sekitar 1.000 perusahaan, tapi cuma 10 yang panggil wawancara,” ungkapnya.
Dari Freelancer Jadi Lead Designer
Perjuangan panjang itu akhirnya membuahkan hasil. Mega mendapat pekerjaan sebagai freelancer, yang kemudian berlanjut menjadi posisi tetap. Beberapa bulan setelahnya, ia diangkat menjadi lead designer di perusahaan tersebut.
“Awalnya cuma freelance, tapi akhirnya diangkat jadi lead. Bersyukur banget bisa sampai di titik itu,” katanya.
Belajar Berdamai dengan Diri Sendiri
Meski saat ini ia telah menemukan kestabilan, Mega mengakui masih sering merasa tertinggal dibandingkan teman-teman sebayanya yang sudah menempati posisi strategis.
“Aku kadang iri karena teman-temanku seumuran udah jadi manager, head. Tapi aku coba berdamai. Mungkin rezekiku memang di sini, dan aku tetap bersyukur,” tutupnya.
Kisah Mega adalah potret nyata perjuangan di tengah badai ketidakpastian, yang membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Dengan ketekunan dan keyakinan, peluang kedua bisa datang—meski jalannya tak selalu mudah.