Kiat untuk Membangun Kemampuan Literasi dan Numerasi Anak
Tanggal: 18 Jun 2024 09:26 wib.
Praktisi pendidikan, Galih Sulistyaningra, membagikan sejumlah tips bagi guru dan orangtua untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak di Indonesia. Menurut Galih, literasi dan numerasi bukan hanya tanggung jawab guru Bahasa Indonesia dan Matematika, tetapi juga semua guru, orangtua, dan pemangku kebijakan.
Galih, yang telah meraih gelar Master di bidang Perencanaan Pendidikan dari University College London (UCL), menyatakan bahwa berdasarkan Hasil Asesmen Nasional 2023, sebesar 39 persen siswa SD/sederajat masih belum memiliki kemampuan minimal dalam literasi, dan 54 persen masih belum memiliki kemampuan minimal dalam numerasi. Hal ini merupakan kondisi yang patut disayangkan karena kemampuan literasi dan numerasi merupakan pondasi yang penting sebelum anak dapat menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Galih berpendapat bahwa orangtua perlu membangun kemampuan literasi anak sejak dini dengan mengajarkan mereka untuk memahami simbol dan gambar. Ia mengungkapkan bahwa memulai dengan membaca gambar, terutama dalam buku-buku anak usia dini, dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap cerita serta mendorong minat anak untuk membaca.
Selain itu, dalam mengembangkan kemampuan numerasi, Galih menilai bahwa orangtua seringkali mengasosiasikan numerasi dengan keterampilan matematis yang kompleks, padahal hal ini bisa ditingkatkan dengan teknik one-to-one correspondence. Penekanan pada pengajaran numerasi dengan benda konkret dan penerapan konsep angka dalam kehidupan sehari-hari akan membantu anak memahami hubungan antara simbol angka dengan jumlah benda.
Selama proses pembelajaran ini, orangtua dan guru dapat mendukung kemampuan anak melalui keterampilan seperti melihat, mendengar, berbicara, dan menulis. Interaksi yang intens antara anak, guru, dan orangtua di rumah juga memegang peran penting dalam pembentukan kemampuan literasi dan numerasi anak.
Selain itu, para guru juga perlu meningkatkan kreativitas mereka dalam menciptakan minat anak terhadap membaca. Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan Pojok Baca di sekolah. Hal ini perlu diikuti dengan peningkatan akses terhadap berbagai sumber literasi, baik fisik maupun digital. Galih menegaskan bahwa pendidik dan orangtua perlu memanfaatkan platform-platform yang menyediakan buku gratis, seperti platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Penekanan pada pendidikan literasi dan numerasi di lingkungan sekolah dan keluarga akan berdampak signifikan dalam meningkatkan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan, menulis, dan berhitung. Membangun pondasi literasi dan numerasi yang kuat sejak usia dini akan membawa manfaat bagi perkembangan jangka panjang anak dalam proses pembelajaran lebih lanjut.