Kesehatan Makanan Rumah: Mengapa Garam Lebih Sedikit Dibanding Makanan Olahan

Tanggal: 11 Jun 2025 09:55 wib.
Dalam dunia gizi, perbedaan antara makanan yang dimasak di rumah dan makanan olahan menjadi topik hangat untuk dibahas. Dr. Yoga Devaera, seorang Konsultan Nutrisi Metabolik Anak dari FKUI-RSCM, mengemukakan bahwa masakan rumahan memiliki kandungan garam yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan produk makanan yang sudah melalui proses pengolahan. 

Ia memberikan contoh jelas, seperti saat memasak sayur sop di rumah yang tentunya memberikan kontrol penuh kepada kita mengenai takaran garam yang digunakan. "Kandungan garam dan rasa dari masakan rumahan tidak bisa dibandingkan dengan bumbu instan yang sering kita gunakan. Rasa yang dihasilkan pun berbeda jauh," jelasnya dalam sebuah diskusi daring di Jakarta.

Dr. Yoga juga menjelaskan bahwa setiap individu dilahirkan dengan insting untuk menyukai rasa gurih, yang sebenarnya adalah hasil dari kebutuhan tubuh terhadap natrium. Pentingnya pengaturan kadar garam saat memberikan makanan kepada anak-anak sangatlah krusial. Dengan memasak sendiri, setiap orang tua bisa menyesuaikan takaran garam sesuai dengan kebutuhan gizi anak mereka, yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan makanan olahan seperti nugget atau kentang goreng yang telah dicampur berbagai bahan.

“Secara alami, tingkat kegurihan yang dihasilkan dari masakan sendiri memang berbeda, tetapi kita bisa membiasakan anak-anak untuk menyukai kentang goreng buatan sendiri. Menambahkan garam sedikit diperbolehkan, asalkan tidak berlebihan," ujarnya.

Dalam konteks penggunaan MSG atau Monosodium Glutamat, ia menyatakan bahwa meskipun MSG mengandung garam, rasanya yang gurih dapat memicu orang tua untuk lebih bijaksana dalam mengurangi tambahan garam. Ini menunjukkan bahwa penggunaan bumbu harus dilakukan secara cermat.

Lebih lanjut, ia juga menyarankan penggunaan bumbu aromatik seperti daun jeruk, daun salam, dan serai untuk meningkatkan cita rasa masakan. Namun, ia memperingatkan tentang kaldu yang dijual secara komersial. Menurutnya, banyak dari kaldu tersebut mengandung tingkat garam yang tinggi, meskipun klaimnya tidak mengandung MSG. Kaldu yang terlalu banyak mengandung garam bisa menjadi risiko bagi kesehatan anak-anak, terutama bagi mereka yang masih berada dalam fase Makanan Pendamping ASI (MPASI), yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para orang tua.

Dengan perhatian lebih terhadap kandungan garam dalam masakan rumah dan berbagai produk olahan, diharapkan orang tua dapat membuat pilihan yang lebih sehat bagi anak-anak mereka.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved