Kesehatan Ibu Hamil Menentukan Risiko Kelahiran Prematur

Tanggal: 10 Agu 2025 18:41 wib.
Ketua Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI)-POGI, Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH, menegaskan bahwa kondisi kesehatan ibu hamil yang kurang optimal, seperti kegemukan, tuberkulosis (TBC), hingga anemia, menjadi faktor utama yang memicu kelahiran prematur. Ia mengungkapkan bahwa hampir 30 persen bayi di Indonesia lahir sebelum waktunya karena sang ibu berada dalam kondisi kesehatan yang tidak prima. Berdasarkan data, hampir separuh ibu hamil di Indonesia mengalami masalah gizi atau penyakit yang memengaruhi kehamilan.

Dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta, Dwiana memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 30–40 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Kekurangan zat besi ini melemahkan sistem imun dan membuat tubuh lebih rentan terhadap komplikasi kehamilan. Selain anemia, kekurangan energi kronik—yang menyebabkan tubuh terlalu kurus—dan kegemukan atau obesitas juga menjadi faktor pemicu kelahiran prematur.

Menurutnya, 17–18 persen ibu hamil di Indonesia mengalami kekurangan energi kronik, sedangkan 20 persen lainnya justru mengalami kegemukan. Kondisi obesitas dapat memicu preeklampsia, yaitu kenaikan tekanan darah berbahaya yang sering memaksa persalinan dilakukan lebih awal. Akibatnya, bayi lahir dengan berat badan rendah atau belum cukup bulan.

Dwiana mengingatkan bahwa bayi yang lahir kecil dan prematur sering kali tidak mendapatkan gizi yang cukup selama di dalam kandungan. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya stunting, yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan. Karena itu, kesehatan ibu selama hamil bukan hanya memengaruhi kelahiran, tetapi juga masa depan generasi berikutnya.

Ia menekankan bahwa kehamilan yang sehat memerlukan perhatian menyeluruh, mulai dari pemenuhan gizi yang seimbang hingga penanganan penyakit yang diderita ibu. Bila ibu dalam kondisi kurang sehat, bukan hanya persalinan yang berisiko, tetapi juga proses menyusui yang menjadi sumber nutrisi utama bagi bayi di bulan-bulan awal kehidupannya.

“Kita harus berjuang agar para ibu tetap sehat. Air susu ibu adalah yang terbaik untuk tumbuh kembang bayi, tapi itu hanya bisa diberikan secara optimal jika kondisi ibu mendukung,” ujarnya. Dengan perbaikan kesehatan ibu hamil, diharapkan angka kelahiran prematur dan stunting di Indonesia dapat ditekan secara signifikan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved