Kerja dari Rumah Tapi Nggak Produktif? Ini Penyebab Emosionalnya
Tanggal: 30 Mei 2025 22:00 wib.
Siapa sangka, beberapa tahun belakangan ini konsep Work From Home (WFH) atau kerja dari rumah jadi gaya hidup yang lumrah banget. Awalnya sih, kedengarannya enak ya? Nggak perlu macet-macetan di jalan, bisa kerja pakai piyama, dan jadwal lebih fleksibel. Tapi, seiring waktu berjalan, banyak yang mulai curhat kalau WFH ini justru bikin produktivitas menurun drastis. Parahnya, masalahnya seringkali bukan karena fasilitas atau koneksi internet, tapi karena ada penyebab emosional yang diam-diam menggerogoti.
Mungkin kamu pernah merasa ini: laptop sudah terbuka dari pagi, tapi rasanya kok otak susah diajak kerja sama. Bolak-balik buka media sosial, tiba-tiba sudah siang, dan tugas yang harusnya selesai malah terbengkalai. Kalau kamu mengalaminya, jangan langsung menyalahkan diri sendiri. Ada beberapa faktor dari sisi mental health yang bisa jadi biang keladinya.
Salah satu penyebab utamanya adalah hilangnya batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Saat kita kerja di kantor, ada jam mulai dan jam pulang yang jelas, ada lingkungan fisik yang membedakan "mode kerja" dan "mode santai". Di rumah, semuanya jadi satu. Ruang tidur bisa jadi ruang kerja, dan waktu istirahat pun seringkali diselipi notifikasi email. Ini bikin otak kita jadi susah membedakan kapan harus "on" dan kapan harus "off". Akibatnya, kita jadi gampang lelah secara mental, yang kemudian berujung pada produktivitas turun.
Kemudian, rasa kesepian dan isolasi juga jadi pemicu yang kuat. Meskipun kita terhubung lewat video call atau chat, interaksi tatap muka yang spontan dan ngobrol santai di antara rekan kerja itu ternyata punya dampak besar buat mood dan energi kita. Saat kita cuma berinteraksi lewat layar, seringkali ada perasaan terputus dari dunia luar. Apalagi kalau kamu adalah tipe orang yang butuh interaksi sosial buat charge energi, kerja remote bisa jadi tantangan besar dan memicu rasa hampa atau bahkan depresi ringan.
Tekanan untuk selalu terlihat produktif juga jadi beban emosional yang nggak main-main. Di era WFH, banyak orang merasa harus selalu online atau merespon cepat, biar nggak dibilang malas atau nggak kerja. Perasaan ini diperparah dengan media sosial yang seringkali menampilkan "sisi produktif" orang lain. Akhirnya, kita jadi terbebani dengan ekspektasi yang nggak realistis dan merasa bersalah kalau sesekali ingin istirahat. Ini bisa jadi emosi kerja yang bikin stres dan burnout.
Selain itu, manajemen diri yang kurang optimal juga berperan. Di rumah, distraksi itu banyak banget: kasur yang empuk, kulkas yang selalu memanggil, atau tumpukan cucian yang harus dibereskan. Tanpa struktur dan disiplin diri yang kuat, kita jadi gampang tergoda untuk menunda pekerjaan dan melakukan hal-hal lain yang lebih menyenangkan. Ini bukan berarti kita malas, tapi lebih ke arah kesulitan mengatur diri dalam lingkungan yang berbeda.
Terus, gimana dong caranya biar kita bisa kembali produktif saat kerja dari rumah dan menjaga mental health tetap stabil? Pertama, buatlah batasan yang jelas. Tentukan jam kerja dan jam istirahatmu, dan usahakan patuhi itu. Kalau jam kerja sudah selesai, tutup laptop, tinggalkan area kerja, dan fokus pada hal lain.
Kedua, ciptakan ruang kerja khusus, meskipun cuma sudut kecil di kamarmu. Ini membantu otakmu membedakan "mode kerja" dan "mode santai". Ketiga, tetaplah terhubung dengan rekan kerja. Jadwalkan video call informal, atau sekadar chat santai. Jangan biarkan dirimu merasa sendirian.
Keempat, prioritaskan self-care. Luangkan waktu untuk berolahraga, meditasi, membaca buku, atau melakukan hobi yang kamu suka. Ini penting untuk mengisi ulang energimu dan mengurangi stres. Kelima, kelola ekspektasi. Nggak perlu sempurna atau selalu on. Beri ruang bagi dirimu untuk bernapas dan istirahat. Jika merasa produktivitas turun karena alasan emosional, coba kenali dan cari bantuan profesional jika diperlukan.
Ingat, WFH itu punya tantangannya sendiri, dan mengenali penyebab emosional di baliknya adalah langkah awal untuk mengatasinya. Dengan manajemen diri yang baik dan perhatian pada mental health, kita bisa tetap produktif dan sehat di mana pun kita bekerja.