Sumber foto: Canva

Kenapa Kita Tetap Capek Walau Enggak Ngapa-ngapain?

Tanggal: 26 Jul 2025 09:14 wib.
Pernah enggak merasa badan lemas, pikiran berat, padahal seharian cuma rebahan atau duduk santai? Rasanya aneh, kan. Kita berharap istirahat total bisa bikin energi penuh lagi, tapi yang ada malah sensasi lelah yang membayangi. Fenomena ini bukan cuma soal fisik, tapi juga melibatkan otak dan gaya hidup modern yang seringkali enggak kita sadari. Capek itu enggak selalu berarti kita harus kerja keras angkat beban atau lari maraton, kadang diam pun bisa menguras energi.

Otak yang Terlalu Banyak Berpikir dan Multitasking

Salah satu penyebab utama kenapa kita bisa capek walau enggak ngapa-ngapain adalah otak yang bekerja terlalu keras. Coba pikir, seberapa sering kita benar-benar offline dari ponsel, media sosial, atau email? Otak kita terus-menerus memproses informasi, membaca notifikasi, memikirkan masalah, atau merencanakan sesuatu. Bahkan saat rebahan, pikiran bisa melayang ke daftar belanjaan, tagihan yang belum dibayar, atau percakapan yang bikin kesal.

Situasi ini diperparah dengan kebiasaan multitasking. Kita mungkin merasa santai sambil scroll TikTok, dengerin musik, sambil mikirin kerjaan. Padahal, otak kita enggak dirancang untuk memproses banyak hal secara efisien di waktu yang sama. Setiap kali kita berpindah fokus dari satu tugas ke tugas lain, ada "biaya" kognitif yang harus dibayar. Energi otak terkuras karena harus terus-menerus menyesuaikan diri. Jadi, meski badan diam, otak kita sedang marathon di dalam kepala, dan itu bikin capek banget.

Kurang Gerak Bikin Badan Loyo

Ironisnya, terlalu banyak diam atau kurang gerak justru bisa bikin kita tambah loyo. Tubuh manusia itu dirancang untuk bergerak. Ketika kita terlalu lama duduk atau rebahan, sirkulasi darah jadi tidak lancar. Otot-otot jadi kaku dan pasokan oksigen ke seluruh tubuh bisa berkurang.

Kurangnya aktivitas fisik juga memengaruhi metabolisme energi di tubuh. Hormon-hormon yang seharusnya bikin kita semangat, malah tidak terpicu. Tidur jadi tidak berkualitas karena tubuh tidak cukup lelah secara fisik. Akibatnya, kita bangun tidur sudah merasa capek, dan siklus ini terus berulang. Gerak itu enggak melulu harus olahraga berat, jalan kaki sebentar, peregangan ringan, atau sekadar berdiri dan mondar-mandir di rumah pun bisa membantu memecah siklus kelelahan ini.

Stres Tersembunyi dan Tekanan Hidup Modern

Hidup di zaman sekarang, stres itu bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal yang tidak kita sadari. Stres kronis, meski ringan sekalipun, bisa menguras energi fisik dan mental secara perlahan. Tekanan ekspektasi sosial, kekhawatiran finansial, masalah hubungan, atau bahkan fear of missing out (FOMO) dari media sosial, semuanya bisa memicu respons stres dalam tubuh.

Saat stres, tubuh kita terus-menerus memproduksi hormon seperti kortisol. Jika hormon ini tinggi dalam jangka panjang, bisa memengaruhi kualitas tidur, nafsu makan, dan suasana hati, yang semuanya berujung pada rasa lelah berkepanjangan. Rasanya seperti ada background noise yang terus berjalan di kepala, dan itu menghabiskan energi tanpa kita sadari. Beban pikiran yang menumpuk ini bisa lebih melelahkan daripada kerja fisik.

Nutrisi dan Kualitas Tidur yang Kurang Optimal

Enggak ngapa-ngapain pun bisa capek kalau asupan nutrisi dan kualitas tidur kita berantakan. Pola makan yang kurang gizi seimbang, terlalu banyak makanan olahan, gula, atau kafein berlebihan, bisa bikin kadar gula darah naik turun drastis, menyebabkan energy crash. Tubuh tidak mendapatkan "bahan bakar" yang cukup dan berkualitas untuk menjalankan fungsinya.

Demikian pula dengan tidur. Tidur yang cukup itu bukan cuma soal durasi, tapi juga kualitas. Tidur yang terpecah-pecah, sering terbangun, atau tidur yang tidak mencapai fase deep sleep dan REM yang cukup, akan membuat kita tetap merasa lelah di pagi hari. Lingkungan tidur yang tidak nyaman, screen time berlebihan sebelum tidur, atau jadwal tidur yang tidak teratur, semuanya bisa memengaruhi kualitas istirahat kita. Jadi, meski kita tidur 8 jam, kalau kualitasnya buruk, tubuh tetap akan merasa lemas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved