Sumber foto: Canva

Kenapa Kita Cenderung Overthinking Sebelum Tidur?

Tanggal: 21 Jul 2025 11:03 wib.
Malam hari seringkali diidentikkan dengan waktu istirahat dan ketenangan. Namun, bagi banyak orang, saat kepala sudah rebah di bantal, justru pikiran mulai berlarian tak karuan. Rencana hari esok, kejadian memalukan di masa lalu, kekhawatiran tentang masa depan, atau bahkan percakapan yang belum tuntas, semuanya seolah berputar dalam pikiran. Fenomena overthinking sebelum tidur ini bukan hanya mengganggu, tetapi juga bisa merampas waktu istirahat yang seharusnya didapatkan.

Otak yang "Sibuk" di Saat Hening

Salah satu alasan utama kenapa pikiran jadi ramai saat menjelang tidur adalah karena kurangnya distraksi eksternal. Sepanjang hari, otak kita sibuk memproses berbagai informasi dari lingkungan: suara, gambar, interaksi sosial, dan tugas-tugas pekerjaan. Semua ini berfungsi sebagai pengalih perhatian yang efektif dari pikiran-pikiran internal. Begitu kita beranjak ke tempat tidur, lampu padam, dan lingkungan menjadi hening, input dari luar berkurang drastis. Ruang kosong ini kemudian diisi oleh input dari dalam diri kita sendiri, yaitu pikiran-pikiran yang selama ini mungkin terpendam atau terabaikan.

Otak kita, yang terbiasa aktif sepanjang hari, kini memiliki "waktu luang" untuk memproses dan menganalisis segala sesuatu. Tanpa adanya stimulus eksternal yang kuat, pikiran cenderung berfokus pada apa yang paling relevan dengan diri sendiri: kekhawatiran, penyesalan, atau rencana. Ini adalah mekanisme alami otak yang mencari "penyelesaian" atau "jawaban" atas masalah yang belum tuntas.

Kekhawatiran dan Ketidakpastian: Pemicu Utama

Bagi banyak orang, overthinking sebelum tidur sangat berkaitan dengan kekhawatiran dan ketidakpastian. Pikiran seringkali terpaku pada skenario terburuk, masalah yang belum terpecahkan, atau keputusan penting yang harus diambil. Misalnya, tekanan pekerjaan, masalah keuangan, hubungan pribadi yang rumit, atau bahkan masalah kesehatan, semuanya bisa menjadi bahan bakar utama bagi pikiran yang berlebihan.

Malam hari seringkali terasa seperti saat terakhir untuk "memikirkan semuanya" sebelum hari baru dimulai. Ada dorongan untuk meninjau kembali apa yang terjadi dan merencanakan apa yang akan datang, seolah-olah dengan berpikir keras, masalah akan otomatis terselesaikan. Padahal, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, yaitu memicu kecemasan yang malah menghambat tidur. Pikiran tentang hal-hal yang tidak bisa dikontrol pada saat itu juga seringkali menjadi biang keladi overthinking.

Pengaruh Gaya Hidup dan Kebiasaan Tidur

Gaya hidup modern juga berperan besar dalam fenomena overthinking ini. Penggunaan gadget dan paparan layar biru sebelum tidur bisa mengganggu produksi melatonin, hormon tidur, sehingga tubuh dan pikiran sulit untuk rileks. Otak tetap terjaga dan aktif memproses informasi yang baru saja dilihat atau dibaca.

Selain itu, kurangnya waktu untuk merenung di siang hari juga bisa jadi pemicu. Jika kita terlalu sibuk dan tidak punya waktu hening untuk memproses emosi atau pikiran sepanjang hari, semua itu akan menumpuk dan "meledak" saat kita mencoba tidur. Kebiasaan menunda masalah atau tidak menghadapi emosi negatif di siang hari membuat pikiran ini muncul kembali di malam hari, mencari perhatian. Pola makan, asupan kafein, dan kurangnya aktivitas fisik juga bisa memengaruhi kualitas tidur dan membuat pikiran lebih rentan terhadap overthinking.

Mencari Jalan Keluar dari Lingkaran Pikiran

Mengatasi overthinking sebelum tidur memang membutuhkan strategi. Salah satu cara yang bisa dicoba adalah membuat rutinitas tidur yang menenangkan. Hindari penggunaan layar setidaknya satu jam sebelum tidur. Coba ganti dengan membaca buku fisik, mendengarkan musik menenangkan, atau melakukan meditasi ringan.

Penting juga untuk melatih kesadaran diri dan teknik mindfulness. Jika pikiran mulai berlarian, coba amati saja tanpa menghakimi, lalu kembalikan fokus pada napas. Menulis jurnal atau "mengeluarkan" semua pikiran di atas kertas beberapa jam sebelum tidur juga bisa sangat membantu. Ini seperti "memindahkan" beban pikiran dari kepala ke lembaran kertas, sehingga otak merasa sudah menyelesaikan sebagian tugasnya dan bisa rileks.

Terakhir, jika overthinking ini sudah sangat mengganggu dan berdampak serius pada kualitas hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapis atau konselor bisa memberikan strategi koping yang lebih spesifik dan membantu mengatasi akar masalah kecemasan yang mungkin mendasari overthinking tersebut. Tidur yang berkualitas adalah fondasi kesehatan, dan pikiran yang tenang adalah kuncinya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved