Kenapa Generasi Sekarang Cenderung Menunda Pernikahan?
Tanggal: 20 Mei 2025 21:42 wib.
Dulu, di zaman orang tua atau kakek-nenek kita, menikah di usia muda itu adalah hal yang lumrah, bahkan bisa dibilang jadi semacam "keharusan" setelah lulus sekolah atau bekerja. Belum genap 25 tahun, rasanya sudah banyak yang naik pelaminan. Tapi coba deh kita lihat sekarang, di kalangan generasi sekarang, terutama para milenial dan Gen Z, fenomena penundaan nikah ini semakin nyata. Banyak yang baru menikah di usia akhir 20-an, awal 30-an, bahkan ada yang santai banget di atas itu. Kira-kira, kenapa ya hal ini bisa terjadi? Apa cuma karena belum ketemu jodoh, atau ada alasan lain yang lebih kompleks di baliknya?
Salah satu alasan paling sering disebut dan memang sangat relevan adalah soal finansial. Coba deh bayangkan, untuk memulai rumah tangga itu butuh biaya yang nggak sedikit. Mulai dari resepsi pernikahan yang kadang biayanya bisa setara harga mobil, belum lagi persiapan untuk punya rumah sendiri, atau setidaknya menyewa tempat tinggal yang layak. Kebutuhan sehari-hari setelah menikah juga pasti bertambah.
Di era sekarang, standar hidup itu rasanya makin tinggi. Harga kebutuhan pokok naik, biaya pendidikan anak mahal, dan banyak sekali godaan konsumtif di sekitar kita. Nah, dengan gaji awal yang mungkin pas-pasan, atau bahkan harus bersaing ketat di dunia kerja yang kompetitif, menabung untuk semua itu butuh waktu yang nggak sebentar. Banyak anak muda yang merasa belum "mampu" secara finansial untuk membangun keluarga, dan mereka nggak mau buru-buru menikah hanya untuk kemudian terlilit utang atau hidup pas-pasan. Mereka ingin memastikan bahwa dasar ekonomi mereka stabil sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Selain finansial, pergeseran prioritas hidup juga jadi faktor penting. Dulu, menikah dan punya anak itu mungkin jadi tujuan hidup utama setelah pendidikan. Tapi sekarang, banyak anak muda yang punya prioritas lain yang nggak kalah penting. Mereka ingin fokus pada karier, mengembangkan diri, mencari pengalaman di luar negeri, atau bahkan mengejar pendidikan setinggi-tingginya.
Konsep "sukses" itu sekarang nggak cuma diukur dari punya keluarga atau tidak. Ada yang merasa sukses ketika bisa mencapai posisi tertentu di kantor, punya bisnis sendiri, atau bisa keliling dunia. Mereka ingin menikmati masa muda mereka, mengeksplorasi passion, dan mencapai kemandirian penuh sebelum "terikat" dalam sebuah pernikahan. Mereka nggak ingin menikah hanya karena tuntutan sosial atau usia, melainkan karena mereka benar-benar siap dan sudah mencapai tujuan pribadi mereka.
Perubahan pandangan tentang pernikahan itu sendiri juga berpengaruh. Generasi sekarang lebih realistis dan pragmatis. Mereka melihat bahwa pernikahan itu bukan cuma soal cinta dan romansa, tapi juga komitmen seumur hidup yang butuh banyak penyesuaian, tanggung jawab, dan kesiapan mental. Mereka sering melihat contoh perceraian di sekitar mereka, atau bahkan dari orang tua mereka sendiri. Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dan nggak mau terburu-buru. Mereka ingin memastikan pasangannya benar-benar cocok, punya visi misi yang sama, dan ada kesiapan emosional dari kedua belah pihak.
Tekanan sosial dari keluarga atau lingkungan sekitar memang masih ada, apalagi kalau sudah masuk usia "mapan" tapi belum juga menikah. Pertanyaan "kapan nikah?" seolah jadi lagu wajib di setiap acara kumpul keluarga. Tapi, RealitaAnakMuda sekarang adalah mereka punya keberanian untuk menunda dan mendefinisikan kebahagiaan mereka sendiri, di luar ekspektasi masyarakat.
Jadi, kalau kita amati, fenomena TundaNikah ini bukan cuma karena satu alasan saja, melainkan kombinasi dari tantangan finansial, perubahan prioritas hidup, serta pandangan yang lebih matang dan realistis tentang pernikahan itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa generasi sekarang lebih memilih untuk siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang disebut NikahMuda? atau tidak. Mereka ingin memastikan fondasi yang kuat, agar kehidupan rumah tangga yang dibangun bisa lebih stabil dan bahagia.