Sumber foto: Canva

Kenapa Generasi Muda Banyak yang Alami Krisis Identitas?

Tanggal: 1 Sep 2025 13:43 wib.
Masa remaja dan awal usia 20-an seringkali disebut sebagai periode krusial dalam pencarian jati diri. Krisis identitas terasa semakin relevan bagi banyak generasi muda. Krisis ini bukan sekadar kebingungan biasa, melainkan perasaan mendalam akan ketidakpastian tentang siapa diri mereka, apa nilai-nilai yang diyakini, dan ke mana arah hidup yang ingin dituju. Pertanyaan "siapa saya?" menjadi lebih sulit dijawab di era modern ini, dan ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada fenomena tersebut.

Pengaruh Media Sosial dan Standar Hidup yang Tak Realistis

Salah satu pemicu terbesar krisis identitas saat ini adalah paparan tak henti-hentinya dari media sosial. Platform seperti Instagram dan TikTok menampilkan versi terbaik dari kehidupan orang lain. Feed yang penuh dengan kesuksesan, liburan mewah, dan penampilan sempurna menciptakan standar yang tidak realistis. Generasi muda terus-menerus membandingkan diri mereka dengan "highlight reel" orang lain, merasa gagal atau tidak berharga karena hidup mereka tidak terlihat sesempurna itu.

Perbandingan ini mengikis rasa percaya diri dan menghambat proses pencarian jati diri yang autentik. Alih-alih mengeksplorasi minat dan passion pribadi, banyak yang terdorong untuk meniru tren atau gaya hidup yang populer di media sosial. Mereka jadi lebih peduli pada citra yang ditampilkan, bukan pada esensi diri yang sebenarnya. Hal ini menciptakan identitas yang rapuh, dibangun di atas validasi eksternal daripada nilai-nilai internal.

Tekanan Akademik dan Profesional yang Sangat Tinggi

Generasi muda saat ini menghadapi tekanan akademik dan profesional yang luar biasa. Sejak usia dini, mereka didorong untuk menjadi yang terbaik: mendapatkan nilai sempurna, masuk ke universitas bergengsi, dan langsung mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Kurikulum pendidikan seringkali menempatkan fokus pada pencapaian akademik yang ketat, bukan pada eksplorasi minat atau pengembangan kreativitas.

Setelah lulus, ekspektasi untuk langsung sukses sangatlah tinggi. Mereka merasa harus memiliki karier yang "mengagumkan" atau setidaknya terlihat "keren" di mata orang lain. Tekanan ini memaksa mereka untuk mengikuti jalur yang telah ditentukan, seringkali tanpa benar-benar bertanya apakah itu yang mereka inginkan. Ketika jalur itu tidak berjalan mulus, atau ketika mereka merasa tidak bahagia, mereka bisa merasa hancur dan kehilangan arah. Mereka mengidentifikasi diri mereka dengan pekerjaan atau gelar, dan ketika itu goyah, identitas mereka pun ikut goyah.

Hilangnya Komunitas dan Keterasingan Sosial

Meskipun terhubung secara digital, banyak generasi muda yang merasa terisolasi dan terasing secara sosial. Interaksi tatap muka yang bermakna semakin berkurang. Persahabatan dan dukungan emosional yang dulu sering didapatkan dari komunitas lokal atau lingkungan pertemanan fisik, kini digantikan oleh interaksi di dunia maya yang seringkali dangkal dan tidak substansial.

Kurangnya rasa memiliki dan komunitas ini membuat mereka sulit menemukan tempat untuk berekspresi secara autentik. Lingkungan komunitas yang kuat bisa menjadi tempat yang aman untuk bereksperimen dengan identitas, berbuat salah, dan belajar tanpa takut dihakimi. Tanpa itu, mereka bisa merasa sendirian dalam perjuangan mereka, tidak punya tempat untuk mencari nasihat atau berbagi keraguan. Isolasi ini memperparah kebingungan, membuat proses pencarian identitas terasa seperti perjuangan pribadi yang berat.

Krisis Lingkungan dan Ketidakpastian Global

Tidak hanya faktor internal, ketidakpastian global juga berperan. Generasi muda saat ini tumbuh di tengah berita tentang krisis iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan konflik geopolitik. Mereka menyadari bahwa masa depan yang mereka warisi penuh dengan tantangan besar yang terasa di luar kendali. Ketidakpastian ini bisa menimbulkan kecemasan eksistensial, membuat mereka bertanya-tanya apakah ada gunanya merencanakan masa depan jika dunia terasa begitu tidak stabil.

Ketika mereka melihat orang dewasa tampaknya tidak peduli atau tidak mampu mengatasi masalah-masalah ini, mereka bisa merasa bingung dan kehilangan kepercayaan pada sistem yang ada. Pertanyaan tentang tujuan hidup dan makna eksistensi menjadi lebih mendesak di tengah ketidakpastian ini. Ini bukan kebingungan pribadi, melainkan krisis identitas kolektif yang dipicu oleh kondisi dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved