Kena PHK Dadakan Bikin Reza Trauma Setiap Angkat Telepon
Tanggal: 12 Mei 2025 22:29 wib.
Tampang.com | Setiap orang memiliki pengalaman traumatis yang berbeda-beda, dan bagi Reza (34), trauma terbesar yang ia alami datang dari pengalaman pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialaminya secara mendadak. Reza, seorang pekerja remote di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang kreatif, kini masih merasakan dampak emosional dari pengalaman itu.
PHK Dadakan yang Membuat Trauma
Pada tahun 2022, Reza bekerja di sebuah perusahaan startup yang awalnya berjalan lancar. Namun, sebuah undangan rapat yang datang pada akhir tahun 2023 di sebuah hotel di Jakarta justru mengubah segalanya. Awalnya, Reza merasa curiga dengan pesan yang menginstruksikan untuk membawa laptop dan menghadiri rapat tersebut. Meski ada firasat buruk, ia tetap berusaha berpikir positif, menyangka itu hanya seminar biasa.
Namun, setelah tiba di lokasi, Reza langsung dikejutkan dengan kenyataan pahit—ia di-PHK pada hari itu juga. Tanpa peringatan sebelumnya, CEO perusahaan langsung memberi tahu bahwa hari itu adalah hari terakhirnya bekerja, diikuti dengan penjelasan soal pesangon dan hal-hal administrasi lainnya. Pemecatan ini dilakukan karena kebijakan investor terkait pendanaan perusahaan.
Kejutan yang Mengguncang Perasaan
Tidak hanya Reza, sekitar 50 persen karyawan lainnya juga terkena PHK massal tersebut. Perasaan Reza campur aduk—antara kaget, tidak menyangka, dan bingung memikirkan masa depan dirinya dan keluarganya, terutama anaknya yang baru berusia setahun. Bahkan, lebih buruk lagi, pekerjaan yang ia simpan di laptop langsung dihapus oleh pihak perusahaan tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
Saat keluar dari ruangan, Reza melihat rekan-rekannya yang juga terkena dampak PHK, dengan beberapa di antaranya menangis, histeris, dan bahkan ada yang pingsan. "Semua itu terjadi begitu cepat, dan saya tidak pernah membayangkan saya akan mengalami PHK massal," katanya mengenang momen tersebut.
Trauma yang Terus Menghantui
Meski kejadian ini sudah terjadi dua tahun lalu, dampaknya masih terasa hingga kini. Reza mengatakan bahwa setiap kali ia menerima telepon dari teman-temannya yang terdampak PHK setelah dirinya, perasaan trauma itu kembali muncul. "Saat mereka menelepon sambil menangis dan gemetaran, itu mengingatkan saya pada perasaan saya dulu saat kena PHK," ujar Reza.
Trauma yang ditinggalkan oleh pemecatan mendadak ini tidak hanya mempengaruhi suasana hati Reza, tetapi juga cara ia merespons kabar atau komunikasi dari teman-temannya yang berada dalam situasi serupa. Kengerian akan kejadian itu masih membekas jelas dalam ingatannya.
Pengalaman Reza menunjukkan bahwa PHK yang datang tanpa peringatan bisa menimbulkan trauma mendalam bagi karyawan. Bagi banyak orang, kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba tidak hanya memengaruhi kondisi finansial, tetapi juga kesehatan mental dan emosional.