Kebanyakan Rencana Tapi Nggak Jalan-Jalan Juga?
Tanggal: 7 Mei 2025 20:55 wib.
Tampang.com |
Menyusun rencana terasa menyenangkan. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil membuat daftar hal-hal yang ingin dilakukan: tempat-tempat yang ingin dikunjungi, target-target yang ingin dicapai, atau impian-impian yang tampak besar tapi mungkin saja bisa terwujud. Rasanya produktif, teratur, dan siap menaklukkan dunia. Tapi sering kali, rencana itu hanya tinggal di kertas, di aplikasi catatan, atau bahkan di kepala. Tidak berubah menjadi tindakan. Tidak bergerak ke mana-mana.
Kenapa bisa begitu? Kenapa sudah bikin rencana panjang lebar tapi tetap saja tidak ada yang benar-benar dijalankan? Salah satu jawabannya mungkin karena kita terlalu sibuk merencanakan dan kurang berani melangkah. Kita terjebak dalam fase perencanaan yang sebenarnya memberi ilusi kemajuan, padahal kenyataannya kita hanya berputar-putar di tempat yang sama.
Fenomena ini tidak asing, terutama di zaman sekarang. Informasi tentang cara meraih impian atau menyusun langkah sukses sangat mudah diakses. Banyak yang jadi terobsesi merancang semuanya secara sempurna sebelum memulai. Tapi dunia nyata tidak selalu berjalan seperti skrip yang bisa ditulis ulang kapan saja. Kadang justru dengan memulai—meski belum sempurna—kita bisa menemukan arah yang lebih jelas.
Perencanaan yang terlalu detail dan panjang juga bisa membuat kita lelah lebih dulu. Semakin banyak yang dipikirkan, semakin terasa jauh langkah pertama itu. Apalagi jika ditambah dengan rasa takut gagal, takut tidak sesuai ekspektasi, atau takut dinilai orang lain. Akhirnya, yang ada hanya tumpukan rencana yang tidak pernah disentuh lagi, ditunda terus, atau bahkan dilupakan.
Kadang kita terlalu banyak menunggu momen yang “pas”. Menunggu waktu luang, menunggu suasana hati yang tepat, atau menunggu “siap” secara finansial, mental, dan emosi. Padahal, sering kali yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk mulai. Tidak harus langsung besar. Tidak harus langsung hebat. Yang penting mulai.
Membuat rencana memang penting. Tapi kalau terus ditumpuk tanpa pernah dijalankan, ia bisa menjadi beban. Setiap rencana yang tak kunjung direalisasikan membawa sedikit rasa bersalah, sedikit rasa tertinggal. Tanpa sadar, hal ini bisa memengaruhi kepercayaan diri dan semangat untuk mencoba lagi.
Alih-alih terus menambah daftar keinginan, mungkin sekarang saatnya menengok kembali apa saja yang pernah dirancang dan bertanya: mana yang sebenarnya bisa dimulai hari ini? Mana yang bisa dijalani meski belum semua siap? Dan mana yang sebenarnya tidak terlalu penting, hanya terdengar keren saat ditulis?
Tindakan kecil lebih baik daripada rencana besar yang tidak pernah dijalankan. Mulai dari langkah paling sederhana, seperti riset tempat tujuan, menabung sedikit demi sedikit, atau bahkan sekadar menyisihkan waktu khusus untuk fokus. Dari situ akan tumbuh kebiasaan bergerak. Kebiasaan ini yang nanti akan jadi kunci untuk membawa semua rencana keluar dari kepala dan masuk ke dunia nyata.
Tidak semua hal bisa dipersiapkan dengan sempurna. Tapi kebanyakan hal bisa diperbaiki di tengah jalan, asalkan sudah dimulai. Jadi, sebelum menulis rencana baru lagi, coba tanyakan pada diri sendiri: apa yang bisa aku jalankan hari ini? Karena terkadang, yang kita butuhkan bukan ide baru—tapi keberanian untuk memulai dari yang lama.