Kamu Harus Tahu Otak Kita Memproses Penolakan Sosial Sama Seperti Rasa Sakit Fisik

Tanggal: 10 Agu 2025 21:00 wib.
Penolakan sosial adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, apa yang mungkin tak kamu sadari adalah bahwa otak kita memproses penolakan sosial dengan cara yang sama seperti saat kita merasakan sakit fisik. Dalam artikel ini, kita akan membahas penjelasan mengenai fenomena ini, dan mengungkap alasan serta penyebabnya.

Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman penolakan sosial dapat menimbulkan reaksi yang mirip dengan rasa sakit fisik yang kita rasakan saat mengalami luka. Proses ini berawal dari bagaimana otak kita berfungsi. Ketika kita mengalami penolakan, area tertentu di dalam otak, seperti korteks anterior insular dan korteks cingulate anterior, menjadi aktif. Area ini juga diaktifkan saat kita merasakan sakit fisik. Hal ini menjelaskan mengapa kita mungkin merasa "sakit hati" saat ditolak.

Salah satu alasan mengapa otak kita memproses penolakan sosial seperti rasa sakit fisik adalah karena pentingnya hubungan sosial bagi kelangsungan hidup manusia. Sejak zaman prasejarah, manusia adalah makhluk sosial yang bergantung satu sama lain untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, penolakan dari kelompok sosial dapat diartikan sebagai ancaman terhadap keselamatan. Respon tubuh terhadap ancaman ini adalah dengan merasakan rasa sakit, yang berfungsi sebagai sinyal untuk menghindari situasi berbahaya di masa depan.

Penyebabnya juga dapat dilihat dari fakta bahwa rasa sakit dan penolakan sosial memiliki efek yang serupa terhadap kesehatan mental kita. Ketika seseorang merasa ditolak, mereka sering kali mengalami gejala depresi, kecemasan, dan stres yang berkepanjangan. Hal ini bisa berujung pada masalah kesehatan serius seperti gangguan tidur, nafsu makan yang terganggu, dan bahkan risiko bunuh diri. Dengan kata lain, rasa sakit yang dirasakan akibat penolakan sosial tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga dapat berdampak fisik pada tubuh kita.

Penjelasan ini mendapatkan dukungan dari sejumlah studi yang menunjukkan bahwa orang yang pernah mengalami penolakan sosial cenderung menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap rasa sakit fisik. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal "Proceedings of the National Academy of Sciences," para peneliti menemukan bahwa individu yang merasakan penolakan sebelumnya lebih cenderung melaporkan rasa sakit yang lebih intens saat mengalami stimulus fisik, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami penolakan.

Proses pengolahan rasa sakit dan penolakan sosial yang sama ini juga memberikan wawasan tentang pentingnya empati dalam interaksi sosial. Kita sering kali lebih sensitif terhadap penolakan yang dialami oleh orang lain, terutama orang-orang terdekat kita. Rasa empati ini menciptakan ikatan sosial yang kuat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan mental dan emosional kelompok tersebut. Dengan memiliki koneksi sosial yang baik, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung, sehingga dapat membantu mengurangi dampak dari penolakan.

Karena otak memproses penolakan sosial seperti rasa sakit fisik, penting untuk menyadari bagaimana pengalaman ini memengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Mempelajari mekanisme di balik penolakan sosial dapat membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks ini, penjelasan, alasan, dan penyebab penolakan sosial menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Memahami fenomena ini akan mempermudah kita dalam berinteraksi dan menjalin hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitar kita.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved