Sumber foto: iStock

Jangan Pernah Ucapkan 4 Kalimat Ini ke Anak Jika Ingin Mereka Sukses! Orang Tua Wajib Tahu!

Tanggal: 21 Apr 2025 08:28 wib.
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk masa depan anak, bukan hanya dari segi pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga dari sisi emosional dan psikologis. Tak sedikit yang menyadari bahwa setiap ucapan yang dilontarkan orang tua kepada anak akan meninggalkan dampak jangka panjang, terutama dalam proses pembentukan karakter, pola pikir, dan cara anak menghadapi dunia.

Dalam dunia parenting modern, memahami pentingnya komunikasi positif antara orang tua dan anak menjadi hal yang tak bisa diabaikan. Kalimat-kalimat yang sering dianggap biasa, ternyata bisa menghambat perkembangan anak jika diucapkan tanpa pertimbangan.

Hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian yang tertuang dalam buku Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dream karya Margot Machol Bisnow. Buku tersebut menjelaskan bagaimana pola komunikasi dan lingkungan yang dibangun oleh orang tua sangat menentukan masa depan anak, bahkan dapat membentuk karakter wirausahawan sejak usia dini.

Berikut ini adalah empat kalimat yang sebaiknya tidak pernah dikatakan kepada anak, jika Anda ingin mereka tumbuh menjadi pribadi sukses dan mandiri:

1. “Nanti Ayah/Ibu kasih uang kalau nilaimu bagus, ya.”

Memang, prestasi akademik adalah salah satu indikator penting dalam perkembangan anak. Namun, menjanjikan hadiah materi seperti uang ketika anak meraih nilai tinggi justru akan menciptakan motivasi yang keliru. Alih-alih belajar karena ingin memahami materi atau mengembangkan diri, anak akan belajar hanya demi mendapatkan imbalan.

Memberikan penghargaan memang sah-sah saja, tetapi akan jauh lebih baik jika motivasi belajar anak dibentuk dari dalam dirinya sendiri, bukan dari hadiah eksternal. Orang tua perlu menanamkan nilai bahwa proses belajar itu penting dan prestasi adalah bonus dari usaha yang sungguh-sungguh.

2. “Tidak boleh main sepulang sekolah sampai nilaimu naik!”

Membatasi waktu bermain anak demi hasil akademik yang lebih baik bisa menjadi bumerang. Bermain bukan hanya sekadar hiburan bagi anak-anak, melainkan bagian dari proses tumbuh kembang mereka, baik secara sosial, emosional, maupun kognitif.

Melalui aktivitas bermain, anak belajar tentang kerja sama, berbagi, membuat keputusan, dan menyelesaikan konflik. Dengan kata lain, bermain membantu anak mengembangkan keterampilan hidup yang tidak diajarkan secara langsung di sekolah. Maka, sebaiknya orang tua tidak mengorbankan hak anak untuk bermain demi target nilai semata.

3. “Ayah/Ibu nggak percaya kamu, jadi PR kamu akan Ayah/Ibu periksa lagi.”

Kalimat seperti ini, meski terdengar penuh perhatian, ternyata bisa mengikis rasa percaya diri anak. Anak akan merasa dirinya tidak cukup mampu, sehingga tidak dipercaya untuk menyelesaikan tugas sendiri. Padahal, membiarkan anak bertanggung jawab terhadap tugasnya, termasuk menghadapi kesalahan, akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.

Cerita menarik datang dari John Arrow, seorang pengusaha sukses sekaligus pendiri Mutual Mobile. Saat kecil, John bersama teman-temannya membuat koran sekolah yang terjual habis, namun berujung masalah karena tidak melakukan pengecekan fakta. Saat banyak orang tua murka, orang tua John justru menyuruhnya memperbaiki kesalahan tersebut, bukan menghukumnya. Dukungan tersebut menjadi titik balik bagi John dalam membentuk karakter wirausahawan yang tahan banting.

4. “Ayah/Ibu kasih uang tambahan biar kamu bisa beli apapun yang kamu mau.”

Memberikan segala keinginan anak tanpa batas justru bisa berdampak negatif dalam jangka panjang. Anak akan sulit memahami konsep kerja keras, tanggung jawab, dan pengelolaan keuangan. Kebiasaan ini juga bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang manja, tidak mandiri, bahkan mudah frustrasi jika keinginannya tidak segera terpenuhi.

Daripada memberikan uang secara cuma-cuma, orang tua bisa mengajarkan anak cara mengelola uang saku, menabung, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan begitu, anak tidak hanya tumbuh menjadi cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kecerdasan finansial yang sangat bermanfaat di masa depan.


Kunci Sukses Anak Berawal dari Cara Kita Berbicara

Setiap ucapan orang tua bisa menjadi doa sekaligus pondasi pembentuk karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan kalimat, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan perilaku anak. Menyediakan ruang untuk anak belajar, bermain, mencoba, bahkan gagal, justru akan membantu mereka menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan sukses di masa depan.

Peran orang tua bukan hanya mendidik dan memenuhi kebutuhan anak, tetapi juga menciptakan lingkungan yang penuh dukungan emosional dan kepercayaan. Jadi, yuk mulai ubah cara bicara kita, agar anak-anak bisa tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri!
Copyright © Tampang.com
All rights reserved