Sumber foto: Google

Inkontinensia Urine pada Lansia: Pentingnya Dukungan Caregiver untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Tanggal: 30 Mei 2025 21:44 wib.
Jakarta, Indonesia – Inkontinensia urine atau mengompol pada lanjut usia (lansia) berusia 60 tahun ke atas dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk penyakit penyerta. Menurut dr. Ika Fitriana, SpPD-KGer, dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri di RS Hermina Bekasi, diagnosis dan penanganan yang tepat memerlukan kontrol kesehatan rutin. Namun, lebih dari itu, peran pendamping (caregiver) dalam memberikan dukungan emosional sangat krusial.

"Kita mengutamakan dukungan keluarga. Tanpa dukungan keluarga, mengompol bisa jadi enggak ketahuan,” tutur dr. Ika dalam peluncuran Parenty Pants Ekstra Serap di Jakarta, Selasa (27/5/2025). Ia menekankan pentingnya tidak mempermalukan lansia yang mengompol agar mereka lebih terbuka dengan kondisinya dan kooperatif saat diajak kontrol ke dokter.


Perasaan Malu dan Dampak Negatifnya

Banyak lansia masih menganggap kondisi mengompol yang mereka alami sebagai aib. Perasaan malu ini seringkali membuat mereka enggan memberitahukan kepada siapapun, termasuk anggota keluarga terdekat. Seringkali, kondisi ini baru diketahui oleh orang-orang di sekitar melalui bau pesing yang tiba-tiba muncul.

“Jadi biasanya ada bau yang enggak sedap. (Misalnya) Perjalanan dari kamar mandi ke tempat tidur, di tengah-tengah ada bau enggak enak. Biasanya mereka sulit untuk membicarakan ini karena malu,” jelas dr. Ika.

Perasaan malu ini juga bisa memiliki dampak fisik yang serius. Lansia yang takut mengompol dan diketahui orang lain, cenderung menolak untuk minum, yang berujung pada dehidrasi.


Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Lansia

Tidak mempermalukan lansia yang mengompol ternyata juga merupakan kunci untuk menjaga kesehatan mental mereka. “Kita harus tetap memberikan dukungan positif. Jangan sampai karena takut ngompol, mereka enggak ke mana-mana,” Ika berujar.

Mengompol dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan berujung pada depresi, karena lansia cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Ketakutan akan mengompol dan dipermalukan karena kondisi itu membuat mereka enggan keluar, meskipun sebelumnya sangat senang bersosialisasi.

“Coba bayangin, orangtua kita senang mengaji, ke gereja, atau mungkin bersenang-senang dan kumpul-kumpul sama temannya, kok tiba-tiba mereka enggak mau ngumpul,” kata dr. Ika.

Oleh karena itu, dr. Ika mengimbau agar seluruh masyarakat, termasuk para pendamping, memberi dorongan yang positif kepada lansia yang mengompol. Dorongan ini tidak hanya membantu mereka tetap bersosialisasi dengan dunia luar, tetapi juga mendorong mereka untuk terbuka dengan kondisinya agar mau berobat.

“Karena sebenarnya, ada obat-obatan yang bisa mencegah ngompol, selain tentu yang paling penting tetaplah dukungan keluarga,” pungkas dr. Ika. Dukungan dan pemahaman dari lingkungan sekitar adalah kunci utama untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami inkontinensia urine.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved