Ini Dia Alasan Mengapa Kita Sering Lupa Apa yang Baru Saja Kita Pikirkan
Tanggal: 23 Jul 2025 08:47 wib.
Pernahkah kamu merasa bingung saat memasuki sebuah ruangan, lalu lupa alasan mengapa kamu pergi ke sana? Atau mungkin saat ingin memulai sebuah percakapan, tiba-tiba pikiranmu meleset, dan kamu tidak ingat apa yang ingin kamu katakan? Fenomena ini sangat umum di alami banyak orang dan menunjukkan cara kerja otak manusia dalam mengelola ingatan dan perhatian.
Untuk memahami mengapa kita sering kali melupakan hal-hal kecil, kita perlu menjelajahi lebih dalam tentang bagaimana memori bekerja di dalam otak kita dan menghilangkan beberapa mitos yang mungkin sudah lama dipercaya.
Menurut Susanne Jaeggi, seorang profesor psikologi di Northeastern University, ingatan itu bukanlah konsep tunggal. "Memori itu bukan hanya satu hal," ungkapnya. "Ada banyak komponen dalam memori yang berbeda-beda, dan masing-masing terkait dengan proses kognitif yang juga beragam."
Dua jenis memori yang penting untuk kita ketahui adalah memori jangka panjang dan memori kerja (working memory). Memori jangka panjang menyimpan semua pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, yang bisa disimpan dari hitungan jam hingga seumur hidup. Sebaliknya, memori kerja hanya menyimpan pikiran untuk waktu yang sangat singkat—mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit.
Earl K. Miller, profesor ilmu saraf di MIT, menyebut memori kerja sebagai "papan sketsa dari pikiran sadar." Setiap informasi baru, percakapan internal, hingga input dari pancaindra akan melalui memori kerja terlebih dahulu. Namun, memori kerja memiliki kapasitas terbatas. Para peneliti memperkirakan otak manusia hanya bisa menyimpan sekitar 4 hingga 7 unit informasi secara bersamaan—baik itu huruf, angka, kata, atau potongan ide. Sehingga, ketika otak tidak dapat memproses semua informasi sekaligus, ia akan berpindah dari satu pikiran ke pikiran yang lain, dan seringkali, satu atau dua pikiran akan 'tertinggal' dan hilang.
Lebih jauh lagi, otak kita aktif menghapus informasi yang dinilai tidak penting untuk memberikan ruang bagi informasi baru. Jika suatu informasi dalam memori kerja tidak segera dipindahkan ke memori jangka panjang, maka informasi tersebut akan hilang secara permanen.
Walaupun terkadang kita merasa mampu melakukan banyak tugas sekaligus, Miller mengingatkan bahwa otak sejatinya tidak memiliki kemampuan untuk multitasking. Menurutnya, yang sebenarnya terjadi adalah otak "menjuggling" beberapa pikiran secara bergantian. Proses ini membutuhkan perhatian dan fokus penuh, yang diatur oleh bagian otak yang disebut korteks prefrontal, pusat pengambilan keputusan dan pembelajaran yang kompleks.
Apabila perhatian kita teralihkan, pikiran yang sebelumnya ada dalam kesadaran kita bisa saja hilang begitu saja. "Jika kamu menjatuhkan salah satu bola dalam juggling itu, inilah alasan mengapa kamu lupa," jelas Miller.
Ada beberapa kondisi yang dapat memperlemah kemampuan memori kerja kita, seperti saat kita merasa mengantuk, mabuk, atau saat berada di bawah pengaruh zat tertentu. Selain itu, faktor usia juga berdampak besar; fungsi memori kerja cenderung mencapai puncaknya di usia 20-an, lalu menurun perlahan seiring bertambahnya usia.
Bagi kamu yang sering merasa kehilangan fokus, para ahli Jaeggi dan Miller memberikan beberapa strategi berbasis penelitian yang bisa kamu coba. Pertama, hindarilah multitasking. “Saat kamu merasa sedang multitasking, sebenarnya kamu sedang juggling,” kata Miller. Dan proses juggling ini dapat membuat kita lebih rentan lupa.
Kedua, kembalikan konteks saat kamu melupakan sesuatu. "Rekonstruksi konteks bisa sangat membantu," ujar Jaeggi. Misalnya, jika kamu lupa mengapa masuk ke suatu ruangan, coba kembali ke tempat sebelumnya atau pikirkan ulang urutan kejadian yang menciptakan pikiran tersebut. Mengingat petunjuk-petunjuk kontekstual ini bisa memberikan dorongan yang diperlukan untuk membangkitkan jejak memori yang sempat hilang.
Pada akarnya, melupakan sesuatu yang baru saja kita pikirkan adalah hal yang sangat manusiawi dan merupakan cerminan dari keterbatasan otak dalam mengelola informasi. Dengan memahami cara kerja memori kita, kita dapat lebih bijaksana dalam mengelola perhatian dan menjaga kesehatan mental, sambil belajar untuk tidak terlalu menekan diri sendiri saat mengalami kehilangan fokus.