Ibu Menyusui Berpuasa, Mengapa Tidak?

Tanggal: 19 Mei 2018 15:35 wib.
Keraguan acapkali menghantui ibu menyusui saat bulan Ramadan datang. Di satu sisi, mereka tidak ingin melewatkan bulan yang penuh berkah itu dengan menjalani ibadah puasa. Di sisi lain, mereka memikirkan bayi mungil yang tengah disusuinya. Akan berkurangkah asupan nutrisi untuk bayi ketika ibu berpuasa?

Pada dasarnya tidak ada masalah bagi ibu menyusui untuk tetap berpuasa. Puasa bisa dilakukan jika ibu kuat secara mental dan fisik serta bayinya tidak kekurangan asupan ASI. Apalagi, jika usia buah hati sudah melebihi enam bulan, di mana sudah mendapatkan asupan makanan pendamping ASI.

Ketika masih menyusui secara eksklusif dan bayi berusia di bawah enam bulan, dianjurkan untuk tidak berpuasa karena bayi hanya mengandalkan ASI dari sang ibu. Namun, kalau sudah melebihi enam bulan sebenamya tidak masalah.

Jika terjadi penurunan produksi ASI sewaktu ibu menyusui berpuasa, setidaknya kebutuhan nutrisi dan gizi bayi dapat tetap terpenuhi melalui tambahan asupan makanan atau MPASI. Namun, apabila bayi masih berusia di bawah enam bulan yang merupakan periode ASI eksklusif dan ibu tetap ingin berpuasa, ada beberapa hal yang sebaiknya diwaspadai ibu. Misalnya rasa lemas atau lapar yang berlebihan karena bayi hanya mengandalkan ASI, rasa tidak nyaman itu bisa menyebabkan produksi ASI rentan menurun sehingga bayi terkesan tidak pernah kenyang karena ingin menyusu terus-terusan dan rewel.

Sebenarnya tak banyak yang berubah selama bulan Ramadan. Puasa bukan berarti mengurangi ataupun menghentikan asupan yang masuk ke dalam tubuh, melainkan hanya jam makan saja yang dipindahkan. Ibu menyusui tetap bisa makan tiga kali sehari, yaitu saat berbuka puasa, setelah salat Tarawih, dan saat sahur.

Kualitas dan kuantitas ASI tidak akan berpengaruh saat ibu berpuasa, namun dengan kondisi normal. ASI akan tetap lancar ketika ibu rajin menyusui atau rnemerahnya. Prinsipnya, semakin bayi sering menyusui, maka produksi ASI akan tetap banyak. Begitupun kondisi saat berpuasa, di mana ASI akan tetap lancar jika ibu menyusui dan memerah saat berpuasa. Sebaliknya jika ibu mengurangi kuantitas menyusui atau memerah saat berpuasa, maka ASI yang diproduksi oleh tubuh dapat berkurang. Rasa ASI juga tidak berubah saat ibu berpuasa.

Untuk ibu yang bekerja atau berakrivitas di luar rumah, memerah ASI juga sebaiknya tetap dilakukan seperti tidak berpuasa. Jarak waktu sekitar tiga jam sekali untuk memerah ASI dirasakan cukup.

Namun, tak semua kondisi ibu sama. Ada ibu yang sejak awal produksi ASI pas-pasan, atau fluktuatif dan sensitif terhadap pengaruh faktor tertentu seperti stres dan mudah lelah, sehingga jika berpuasa akan mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui yang menampakkan gejala seperti mata berkunang-kunang, pusing akibat kurang darah, keringat dingin, dan lemas berlebihan, sebaiknya juga mempertimbangkan kembali untuk berpuasa.

Secara medis, ibu menyusui boleh saja berpuasa jika secara fisik tak ada masalah dan kuat untuk berpuasa. Namun, penting bagi ibu menyusui yang berpuasa untuk lebih memerhatikan makanan yang dimakan saat sahur dan berbuka. Disiplin tak hanya menyangkut soal asupan makanan dengan gizi seimbang, melainkan waktu makan.

Komposisinya yaitu 50% karbohidrat, 30% protein, dan 10-20% lemak. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk bayi. Selain itu, konsumsi air putih minimal dua liter sehari juga perlu diusahakan untuk menjamin ketersediaan cairan di dalam tubuh. Konsumsi air putih bisa dilakukan mulai berbuka puasa hingga menjelang imsak.

Tambahan asupan cairan dengan mengonsumsi jus buah, teh manis hangat, dan susu juga sangat dianjurkan untuk menekan ancaman berkurangnya kadar haemoglobin di dalam darah. Untuk merangsang kelancaran ASI, ibu menyusui juga dianjurkan untuk mengonsumsi minuman hangat saat berbuka puasa.

Lalu, adakah persiapan khusus yang harus dilakukan ibu menyusui ketika akan berpuasa? Tidak ada. Ibu hanya harus memiliki kondisi fisik dan mental yang baik, kemudian waktu tidur cukup serta berolah raga secara teratur.

Meskipun begitu, faktor psikologis berupa ikatan (bonding) yang terjalin antara ibu menyusui dan bayi bisa memiliki peranan penting sebagai persiapan ketika ibu akan berpuasa. Ajak bicara dan beritahukan bayi bahwa ibu akan melakukan ibadah puasa. Dengan begitu, diharapkan sang buah hati mau mendukung niat itu.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved