Sumber foto: iStock

Harga Matcha Akan Meroket? Ini Alasan di Balik Krisis Pasokan Teh Hijau Premium Asal Jepang

Tanggal: 18 Apr 2025 18:19 wib.
Matcha, si bubuk teh hijau asal Jepang yang sempat jadi tren di mana-mana—dari latte, es krim, hingga skincare—ternyata sedang menghadapi krisis yang mengancam pasokannya di seluruh dunia. Tak hanya sekadar bahan minuman kekinian, matcha kini menjadi komoditas bernilai tinggi yang diperebutkan banyak negara. Bahkan, harganya diprediksi akan melonjak tajam dalam waktu dekat.

Kondisi ini tak lepas dari fakta bahwa permintaan terhadap matcha global terus meroket, sementara pasokannya justru mulai menipis. Sejumlah produsen teh di Jepang pun mulai kewalahan memenuhi permintaan dari pasar luar negeri.

Uji, Kyoto: Rumah bagi Matcha Terbaik Dunia

Bila bicara tentang matcha berkualitas tinggi, nama Uji pasti tak pernah absen disebut. Kota kecil yang berada di Prefektur Kyoto ini dikenal sebagai tempat kelahiran teh matcha yang autentik. Matcha yang diproduksi di sini dibuat dari daun tanaman Camellia sinensis, yang digiling halus dan memiliki cita rasa lembut, sedikit pahit, dan sangat khas.

Tak heran jika penggemar sejati matcha langsung bisa mengenali kualitas produk hanya dengan mengetahui asal-usulnya. Jika disebutkan bahwa matcha berasal dari Uji, maka kualitasnya tak perlu diragukan lagi.

Kembali Bangkit Pasca Pandemi

Setelah terpukul cukup keras oleh pandemi Covid-19, sektor bisnis dan pariwisata di Uji perlahan bangkit. Bertambahnya jumlah turis asing yang datang ke Jepang memunculkan tren baru, di mana banyak restoran maupun kafe mengusung tema khas matcha sebagai daya tarik utama mereka.

Salah satu turis asal New York, Stephen Blackburn, bahkan mengaku telah meninggalkan kebiasaannya minum kopi dan beralih ke matcha karena efeknya yang lebih menenangkan dan membuat fokus.

“Saya sekarang hanya minum matcha. Rasanya tidak membuat cemas seperti kopi dan malah membantu saya lebih fokus,” ujarnya.

Krisis Matcha: Permintaan Tinggi, Pasokan Menipis

Namun popularitas yang terus meningkat ini justru menimbulkan masalah baru. Sejak musim gugur lalu, terjadi penurunan pasokan matcha yang cukup signifikan. Bahkan beberapa produsen teh di Kyoto sudah memberlakukan pembatasan pembelian untuk konsumen.

Penyebab utamanya adalah permintaan besar dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Australia, yang menyebabkan stok menjadi sangat terbatas. Ironisnya, meski pasar internasional sangat antusias, konsumsi teh hijau dan matcha di Jepang sendiri justru mengalami penurunan.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Jepang, produksi matcha nasional mencapai 4.176 ton pada tahun 2023, atau hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2010. Pertumbuhan ini memperlihatkan betapa besarnya potensi matcha sebagai komoditas ekspor yang menjanjikan.

Pasar Global Matcha Diprediksi Tembus USD 5 Miliar

Laju pertumbuhan permintaan matcha tak main-main. Pada tahun 2023, nilai pasar global matcha tercatat sebesar USD 2,8 miliar, dan angka tersebut diperkirakan akan melonjak hingga USD 5 miliar pada tahun 2028. Angka ini menunjukkan bahwa matcha bukan lagi sekadar tren sesaat, melainkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia.

Jepang Bersiap Tingkatkan Produksi Matcha

Melihat potensi ekonomi yang besar, pemerintah Jepang pun mulai bersiap diri. Salah satu rencana yang sedang digodok adalah pemberian subsidi untuk petani teh, agar mereka beralih dari produksi teh daun tradisional (sencha) ke produksi tencha, yaitu daun teh yang secara khusus digunakan untuk membuat matcha bubuk.

Langkah ini dinilai strategis untuk memperkuat posisi Jepang sebagai produsen matcha nomor satu dunia. Selain itu, upaya ini juga ditujukan untuk menstabilkan harga dan menjamin keberlanjutan produksi di tengah naiknya permintaan global.

Matcha: Lebih dari Sekadar Minuman

Popularitas matcha tak hanya didorong oleh rasanya yang unik dan menyegarkan. Banyak penelitian mengungkap bahwa matcha mengandung antioksidan tinggi, terutama katekin, yang bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi, membakar kalori, hingga membantu menenangkan pikiran.

Selain itu, gaya hidup sehat yang makin marak membuat banyak orang beralih ke matcha sebagai pengganti kopi, karena efek stimulasinya yang lebih lembut dan tidak membuat deg-degan.

Namun dengan kelangkaan pasokan yang terjadi, penggemar matcha di seluruh dunia mungkin harus bersiap menghadapi harga yang lebih tinggi dan ketersediaan yang lebih terbatas.

Apa Artinya untuk Konsumen?

Bagi para pencinta matcha, kelangkaan ini menjadi sinyal untuk lebih selektif dalam membeli produk matcha, terutama yang diklaim berasal dari Uji atau daerah produksi utama lainnya di Jepang. Pastikan untuk membeli dari brand yang terpercaya dan sudah teruji kualitasnya.

Sementara bagi para pelaku bisnis kuliner atau produsen produk berbahan matcha, krisis pasokan ini menjadi tantangan sekaligus peluang—apakah bisa tetap mempertahankan kualitas produk di tengah keterbatasan bahan baku?

Kesimpulan: Fenomena globalisasi matcha membawa dampak besar pada industri teh Jepang. Dari kelangkaan pasokan hingga lonjakan harga, semuanya menjadi sinyal bahwa komoditas ini kini telah bertransformasi menjadi "emas hijau" baru. Apakah matcha akan tetap menjadi favorit dunia, atau justru akan tergeser oleh tren baru? Kita lihat saja nanti.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved