Harga Adidas Bakal Naik di Amerika! Apa Penyebabnya dan Bagaimana Dampaknya ke Konsumen Global?
Tanggal: 4 Mei 2025 15:25 wib.
Merek olahraga global Adidas resmi mengumumkan rencana kenaikan harga semua produknya di Amerika Serikat. Keputusan ini dipicu oleh kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang berdampak langsung pada struktur biaya produksi perusahaan asal Jerman ini.
Dalam pernyataan resminya, CEO Adidas, Bjørn Gulden, menyebutkan bahwa perusahaan tidak punya pilihan lain selain menyesuaikan harga sebagai respons terhadap meningkatnya beban tarif. Hal ini terutama karena sebagian besar produksi Adidas—termasuk sepatu populer seperti Adidas Samba dan Ultraboost—tidak dilakukan di wilayah Amerika Serikat, melainkan di berbagai negara Asia seperti China, Vietnam, Indonesia, India, dan Kamboja.
“Karena kami belum mampu memproduksi sebagian besar produk kami di dalam negeri AS, maka tarif yang meningkat ini mau tidak mau akan menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dampaknya, seluruh produk kami untuk pasar AS akan mengalami peningkatan harga,” jelas Gulden dalam laporan kuartal pertama Adidas yang dirilis pada 29 April 2025.
Tarif Impor Jadi Beban Berat untuk Industri Global
Kebijakan perdagangan baru dari pemerintahan Trump menimbulkan tekanan besar bagi berbagai merek global, termasuk Adidas. China saat ini sudah dibebani tarif setinggi 145%, sementara negara-negara produsen utama lainnya seperti Vietnam, Indonesia, dan Kamboja akan menghadapi tarif antara 26% hingga 49%, kecuali jika ada perubahan dalam jangka waktu 90 hari sejak 9 April 2025.
Tarif dasar 10% yang dikenakan terhadap produk dari sebagian besar negara lain pun masih tetap berlaku, yang tentu menambah beban secara menyeluruh terhadap rantai pasokan. Kebijakan ini mempersempit ruang gerak Adidas dan memaksa perusahaan untuk mengalihkan beban tersebut ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga.
Meski begitu, Adidas belum menetapkan angka pasti kenaikan harga. Namun, pernyataan resmi dari Gulden menegaskan bahwa harga akan naik seiring peningkatan biaya akibat tarif impor tersebut.
Kinerja Penjualan Positif Tapi Pasar Masih Tidak Stabil
Meskipun berada dalam tekanan geopolitik dan ekonomi global, Adidas tetap mencatatkan kinerja yang cukup positif di kuartal pertama 2025. Penjualan global mengalami pertumbuhan yang variatif, meskipun pasar AS menunjukkan laju yang paling lambat.
Di Amerika Serikat, pertumbuhan penjualan hanya mencapai 3% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sebaliknya, Adidas mencatat peningkatan penjualan yang lebih signifikan di wilayah lain:
Amerika Latin tumbuh sebesar 26%
Eropa mengalami kenaikan 14%
China, Jepang, dan Korea Selatan mencatat peningkatan 13%
Secara keseluruhan, penjualan bersih perusahaan tumbuh 12,7%, dan margin operasional naik sebesar 3,8 poin, menjadi 9,9%. Hal ini menghasilkan laba operasi sebesar 610 juta Euro, atau meningkat 82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski performa keuangan tampak menjanjikan, Gulden menyatakan bahwa perusahaan tidak akan merilis proyeksi laba untuk tahun depan. Pasalnya, ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif sangat sulit diprediksi, dan bisa mempengaruhi pola konsumsi di masa mendatang.
Konsumen Jadi Korban, Persaingan Pasar Dipertaruhkan
Kenaikan harga produk Adidas di AS dapat memicu reaksi berantai di sektor retail dan gaya hidup olahraga. Konsumen AS, sebagai salah satu pasar utama Adidas, kemungkinan akan merasakan dampak langsung dari kebijakan ini dalam bentuk harga produk yang lebih mahal—mulai dari sepatu lari, pakaian olahraga, hingga aksesoris pendukung.
Di sisi lain, brand kompetitor seperti Nike, Puma, hingga brand lokal AS mungkin akan memanfaatkan momen ini untuk merebut pangsa pasar, terutama jika mereka memiliki rantai pasokan yang lebih terkonsentrasi di dalam negeri atau di negara dengan tarif lebih rendah.
Tak hanya itu, kenaikan harga di AS bisa berdampak pada persepsi merek secara global. Adidas dikenal sebagai merek yang menyasar pasar menengah ke atas, dan lonjakan harga bisa membuat konsumen beralih ke alternatif yang lebih terjangkau, apalagi di tengah situasi ekonomi global yang masih fluktuatif.
Produksi Global Jadi Tantangan Baru
Dengan basis produksi yang tersebar di Asia, Adidas tidak sendirian menghadapi dampak tarif baru ini. Banyak perusahaan manufaktur global saat ini tengah mengevaluasi ulang lokasi produksinya untuk menghindari tarif tinggi dan memperkecil risiko rantai pasokan.
Namun, memindahkan produksi bukan hal yang mudah. Diperlukan waktu, investasi, serta stabilitas politik dan infrastruktur dari negara tujuan. Untuk saat ini, Adidas harus menyesuaikan strategi pemasaran dan penetapan harga demi menjaga keberlanjutan bisnis di Amerika.
Tarif Impor Bisa Mengubah Lanskap Industri Mode Olahraga
Kenaikan harga produk Adidas di pasar AS bukan sekadar isu harga, tapi juga sinyal bahwa geopolitik dan kebijakan perdagangan semakin memengaruhi kehidupan sehari-hari konsumen global. Strategi bisnis, distribusi, dan daya beli konsumen kini bergantung pada keputusan politik, yang dampaknya meluas hingga ke industri olahraga dan fashion.
Dengan tantangan yang kian kompleks, Adidas harus terus berinovasi, baik dalam efisiensi produksi maupun strategi komunikasi merek. Konsumen pun perlu lebih cermat dalam memahami mengapa harga produk favorit mereka bisa melonjak drastis.