Sumber foto: Canva

Habis Makan Tidak Boleh Minum Air Teh Manis? Menelaah Mitos dan Fakta

Tanggal: 10 Jul 2025 12:18 wib.
Kebiasaan minum teh manis setelah makan sudah mengakar kuat di banyak budaya, termasuk di Indonesia. Rasanya yang menyegarkan seringkali menjadi penutup sempurna untuk hidangan. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran dan mitos yang menyebutkan bahwa kebiasaan ini tidak sehat, terutama karena adanya anggapan bahwa teh manis dapat menghambat penyerapan nutrisi atau memicu masalah kesehatan lainnya. Lantas, bagaimana kebenarannya? Apakah ada alasan ilmiah yang kuat di balik larangan ini?

Kandungan Tanin dan Penyerapan Zat Besi

Salah satu argumen paling umum yang mendasari kekhawatiran ini adalah keberadaan tanin dalam teh. Tanin adalah senyawa alami golongan polifenol yang memberikan rasa sepat pada teh. Senyawa ini memang dikenal dapat mengikat zat besi non-heme (zat besi yang berasal dari tumbuhan, seperti bayam, tahu, atau kacang-kacangan) di saluran pencernaan, sehingga mengurangi kemampuannya untuk diserap oleh tubuh. Bagi individu yang sangat rentan terhadap defisiensi zat besi, seperti penderita anemia, wanita hamil, atau vegetarian/vegan yang sangat bergantung pada sumber zat besi non-heme, konsumsi teh yang berlebihan segera setelah makan berat yang kaya zat besi non-heme mungkin perlu diperhatikan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak ini tidak berlaku universal untuk semua jenis zat besi. Penyerapan zat besi heme (yang berasal dari produk hewani seperti daging merah, unggas, dan ikan) tidak terlalu terpengaruh oleh tanin. Selain itu, tingkat penghambatan juga bervariasi tergantung pada konsentrasi tanin dalam teh, jumlah teh yang diminum, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Konsumsi sesekali atau dalam jumlah wajar umumnya tidak menimbulkan masalah serius bagi individu sehat dengan pola makan seimbang.

Pengaruh Gula dan Kalori Tambahan

Selain tanin, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan gula dalam teh manis. Minuman manis, termasuk teh manis, menyumbangkan kalori kosong tanpa nutrisi esensial yang signifikan. Konsumsi gula berlebih secara rutin dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, risiko diabetes tipe 2, masalah gigi, dan berbagai masalah kesehatan metabolik lainnya. Jika kebiasaan minum teh manis setelah makan dilakukan secara berulang setiap hari dengan porsi besar dan kadar gula tinggi, maka dampaknya terhadap asupan kalori total dan kadar gula darah tentu menjadi perhatian utama.

Bagi banyak orang, teh manis adalah pelengkap hidangan yang sudah mengandung banyak karbohidrat dan lemak. Penambahan gula dari teh manis hanya akan memperparuk akumulasi kalori. Ini menjadi pertimbangan yang lebih relevan dibandingkan efek tanin pada penyerapan zat besi bagi sebagian besar populasi.

Mitos Gangguan Pencernaan dan Lemak

Ada juga mitos yang beredar bahwa minum teh manis setelah makan dapat mengganggu pencernaan atau membuat makanan menjadi padat dan sulit dicerna. Faktanya, teh, terutama teh hangat, justru sering dianggap dapat membantu menenangkan perut dan merangsang proses pencernaan pada beberapa orang. Tidak ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa teh manis secara spesifik menyebabkan gangguan pencernaan parah atau membuat lemak makanan menggumpal di perut. Justru, komponen seperti flavonoid dalam teh dapat memiliki efek anti-inflamasi ringan yang bisa bermanfaat bagi saluran pencernaan.

Solusi dan Pertimbangan Bijak

Jadi, apakah minum teh manis setelah makan sepenuhnya dilarang? Jawabannya adalah tidak mutlak. Bagi sebagian besar individu sehat dengan pola makan bervariasi, minum teh manis dalam jumlah moderat setelah makan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan serius. Namun, ada beberapa pertimbangan yang bisa diterapkan:

Bagi penderita anemia atau yang berisiko defisiensi zat besi: Sebaiknya beri jeda waktu sekitar satu jam antara makan (terutama hidangan kaya zat besi non-heme) dan konsumsi teh. Atau, pilihlah minuman lain seperti air putih atau jus buah yang kaya vitamin C (vitamin C membantu penyerapan zat besi).

Perhatikan asupan gula: Kurangi jumlah gula dalam teh manis, atau ganti dengan teh tawar. Ini adalah langkah penting untuk mengelola asupan kalori dan gula darah secara keseluruhan.

Pilih waktu yang tepat: Jika terbiasa minum teh setelah makan, mungkin pertimbangkan untuk menikmatinya sebagai camilan di antara waktu makan, bukan langsung setelah hidangan utama yang berat.

Variasi minuman: Selingi kebiasaan minum teh manis dengan air putih. Air putih adalah minuman terbaik untuk hidrasi dan tidak memiliki efek samping terkait penyerapan nutrisi.

Pada akhirnya, kunci dari kebiasaan minum teh manis setelah makan adalah keseimbangan dan pemahaman akan kondisi tubuh masing-masing. Mitos mengenai bahaya besar dari teh manis setelah makan seringkali terlalu dibesar-besarkan, terutama bagi individu yang sehat. Fokus utama seharusnya terletak pada kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi secara keseluruhan dan moderasi dalam asupan gula.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved