Sumber foto: iStock

Gen Z Makin Sulit Fokus Saat Ngobrol? Ungkapan Mengejutkan dari Riset Terbaru Ini Bikin Kamu Mikir Dua Kali!

Tanggal: 19 Apr 2025 19:22 wib.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan fakta mencengangkan tentang generasi Z yang saat ini mendominasi usia produktif. Ternyata, 75% dari mereka kesulitan untuk tetap fokus saat melakukan percakapan tatap muka. Bahkan, sebagian besar mulai mengecek ponsel mereka dalam waktu kurang dari dua menit setelah percakapan dimulai.

Laporan ini merupakan hasil penelitian dari AXA UK dalam Mind Health Report tahunan mereka, yang dilakukan terhadap 2.000 responden berusia 18 hingga 28 tahun. Studi ini mengupas lebih dalam tentang dampak teknologi, terutama ponsel pintar, terhadap rentang perhatian, interaksi sosial secara langsung, dan kesehatan mental.

Ketergantungan Ponsel Merusak Fokus dan Kualitas Interaksi

Dari hasil riset tersebut, sekitar 39% responden mengakui memiliki dorongan kuat untuk mengecek ponsel mereka, bahkan saat sedang berbincang langsung dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh notifikasi yang dianggap sulit untuk diabaikan, terutama dari pesan instan dan media sosial.

Menurut Dr. Linda Papadopoulos, seorang psikolog sekaligus penyiar, generasi ini merupakan generasi paling terhubung sepanjang sejarah, namun ironisnya juga merupakan generasi paling kesepian dan mudah cemas.


“Notifikasi terus-menerus, kebiasaan scroll tanpa henti, serta tekanan untuk selalu ‘online’ membuat sistem saraf mereka kelelahan dan menyebabkan gangguan fokus,” ujar Dr. Linda.


Percakapan Tatap Muka Dianggap Membosankan?

Lebih mengejutkan lagi, 38% dari Gen Z menganggap percakapan langsung itu membosankan. Sebanyak 63% lainnya merasa tidak nyaman ketika harus berinteraksi secara langsung. Akibatnya, banyak yang secara tidak sadar menggunakan ponsel sebagai bentuk pelarian, meskipun sedang berada di tengah-tengah acara sosial seperti nongkrong bareng teman atau acara keluarga.

Sebagian dari mereka bahkan menunjukkan tanda-tanda kecanduan terhadap ponsel. Sekitar 28% merasa cemas berlebihan ketika harus jauh dari ponsel, yang menunjukkan adanya hubungan yang tidak sehat antara pengguna dan teknologi.

Media Sosial dan Dampaknya pada Mental Gen Z

Dampak media sosial juga menjadi sorotan penting dalam riset ini. Lebih dari separuh responden merasa tertekan untuk merespon pesan secepat mungkin, walau sebenarnya mereka tidak berniat untuk membalasnya segera.

Dr. Linda menyebutkan bahwa ada pasien-pasiennya yang sampai terbangun di malam hari hanya untuk mengecek notifikasi, yang tentu berdampak pada kualitas tidur dan keseimbangan emosional mereka.

Sebanyak 20% dari responden mengaku sulit untuk fokus dan produktif akibat penggunaan ponsel yang berlebihan. Media sosial menjadi penyebab utama memburuknya kesehatan mental, termasuk munculnya rasa cemas, tidak percaya diri, dan perasaan tidak cukup baik akibat membandingkan diri dengan orang lain di media sosial.

Sekitar 33% dari Gen Z mengaku kesehatan mental mereka memburuk karena kebiasaan scrolling media sosial sebelum tidur. Aktivitas ini juga berdampak pada pola tidur yang tidak sehat, yang memicu gangguan mood dan stres berlebih keesokan harinya.

Tantangan: Rendahnya Kesadaran untuk Mencari Bantuan Profesional

Salah satu fakta yang cukup mengkhawatirkan adalah minimnya kesadaran Gen Z untuk mencari bantuan profesional ketika menghadapi masalah mental. Hanya 14% yang benar-benar mencari pertolongan dari tenaga medis atau terapis. Sebagian besar lebih memilih bercerita pada teman (37%) atau pasangan (31%), sementara 14% lainnya merasa tidak punya siapa pun untuk diajak bicara.

Harapan Baru: Mulai Jeda dari Teknologi

Meski begitu, laporan ini juga memberikan sedikit angin segar. Sebanyak 56% responden menyatakan sudah mulai mengambil langkah untuk ‘detoks digital’, dengan mengurangi penggunaan media sosial atau sengaja beristirahat dari ponsel demi menjaga kesehatan mental mereka.

Menurut Dr. Linda, solusi yang ideal bukanlah melarang penggunaan ponsel sama sekali, tetapi membentuk kebiasaan dan struktur penggunaan digital yang lebih sehat.


“Yang dibutuhkan adalah pembentukan pola digital yang seimbang, bukan penghapusan total. Kita harus mendampingi generasi ini untuk mengembangkan pola penggunaan teknologi yang positif,” jelasnya.


Senada dengan itu, Tara Foley, CEO AXA UK & Ireland, mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam membangun ekosistem yang lebih mendukung kesehatan mental anak muda.


“Kita semua terhubung lewat layar, tapi jangan sampai kehilangan esensi dari sentuhan manusia. Semoga hasil riset ini bisa menjadi pendorong untuk membangun ketahanan mental yang lebih kuat,” ujarnya.


Di balik kecanggihan teknologi dan mudahnya akses informasi, ternyata ada tantangan serius yang mengintai generasi muda—rentang perhatian yang pendek, kecanduan digital, dan tekanan sosial dari media sosial. Namun, masih ada harapan. Dengan kesadaran, dukungan, dan pola hidup digital yang sehat, Gen Z bisa bangkit dan menemukan keseimbangan antara dunia maya dan realita.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved