Gelombang PHK dan AI: Apakah Manusia Masih Punya Tempat di Dunia Kerja?
Tanggal: 8 Feb 2025 19:01 wib.
Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih terus berlanjut, terutama di sektor teknologi yang kini menghadapi tantangan besar akibat ketidakstabilan ekonomi pasca-pandemi. Raksasa teknologi semakin gencar melakukan efisiensi, dan di tengah situasi ini, muncul kekhawatiran baru: kecerdasan buatan (AI) yang berpotensi menggantikan peran manusia dalam berbagai sektor pekerjaan.
Teknologi AI telah diadopsi oleh banyak perusahaan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Meski diklaim sebagai alat bantu bagi manusia, dampaknya justru bisa mengancam eksistensi berbagai profesi. Para pakar pun memperingatkan bahwa AI dapat menggantikan jutaan pekerjaan dalam waktu dekat.
Lyft dan AI: Efisiensi atau Ancaman?
Salah satu perusahaan yang mulai mengadopsi AI dalam operasionalnya adalah Lyft, perusahaan transportasi online asal Amerika Serikat. Dengan menggandeng startup AI Anthropic yang didukung Amazon, Lyft kini mengandalkan teknologi Claude AI untuk meningkatkan efisiensi layanan pelanggan mereka.
Berkat AI ini, waktu penyelesaian layanan konsumen rata-rata berkurang hingga 87%. Setiap harinya, ribuan permintaan pelanggan dapat diselesaikan dengan lebih cepat. Namun, keberhasilan ini juga menimbulkan kekhawatiran: apakah AI akan menggantikan pekerjaan manusia di sektor layanan pelanggan?
Lyft menegaskan bahwa AI hanya digunakan untuk membantu proses awal penanganan keluhan, sementara permasalahan kompleks tetap akan ditangani oleh pekerja manusia.
"Kami melihat AI sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas operasional, bukan sebagai cara memangkas pekerjaan," ujar Jason Vogrinec, Executive Vice President Lyft.
Masa Depan Pekerjaan di Era AI
Meskipun Lyft berjanji bahwa peran manusia tetap diperlukan, banyak pihak tetap skeptis. Penggunaan AI secara luas di industri lain telah menyebabkan banyak PHK, terutama di bidang yang berkaitan dengan layanan pelanggan dan administrasi.
Bahkan, laporan terbaru mengungkapkan bahwa 15 pekerjaan berisiko tergantikan oleh AI dalam waktu dekat, termasuk customer service, telemarketing, hingga pekerjaan administratif. Jika perusahaan terus mengutamakan efisiensi berbasis AI, masa depan dunia kerja bisa mengalami perubahan besar.
Di sisi lain, perusahaan seperti Lyft berharap kemitraan mereka dengan Anthropic dapat menciptakan alat AI yang tidak hanya membantu layanan pelanggan, tetapi juga mendukung pengemudi dan pengguna dalam berbagai aspek operasional.
Namun, pertanyaannya tetap: Seberapa besar peran AI dalam dunia kerja, dan apakah manusia masih memiliki tempat di masa depan?